oleh

Berjemurlah untuk Tubuh Sehat Anda, Tetapi Ingat Mesti Pas Waktunya

Ki-ka: Ketua DPD PBL Lampung Ary Meizari Alfian, Ketum DPP PBL Fachrul Razi (tengah), relawan medis Pejuang Bravo Lima Lampung/ketua SELPI dr Aldo Aprizo (kaos abu-abu). | PBL

 

BANDARLAMPUNG — Berbagai cara pencegahan persebaran cepat wabah pandemi global virus COVID-19, makin sering dijumpai di tengah masyarakat.Berbagai praktik baik pola hidup bersih dan sehat (PHBS) kini kembali marak ditemui di banyak tempat. Bisa juga disebut salah satu hikmah dari wabah yang telah menjangkiti sekitar 672 ribu orang di 204 negara di dunia ini.

Salah satunya, kebiasaan menjemur badan di bawah sinar matahari. Terkait ini, menurut praktisi kesehatan yang juga relawan medis Pejuang Bravo Lima (PBL) Lampung, dr Aldo Aprizo, waktu terbaik berjemur di bawah sinar matahari adalah pukul 10 pagi ke atas.

Dokter jebolan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Lampung itu, Rabu (1/4/2020), menjelaskan, sinar ultraviolet (UV) yang terkandung dalam sinar matahari terdiri tiga spektrum.

Ketiganya memiliki fungsi serta kemampuan berbeda. “Jadi sinar matahari meluncurkan UV yakni UVA, UVB, UVC. Nah, ini mempunyai fungsi masing-masing. Panjang pendek gelombangnya serta kemampuannya menembus kulit pun berbeda,” cakap dia di grup aplikasi pesan singkat DPD PBL Lampung, Rabu siang.

“Kalau UVA diam-diam berbahaya. Kalau UVB kuat juga berbahaya, jika terpapar terlalu lama. Dan ada jam-jamnya berdasarkan penelitian UVA muncul dibawah jam 9 pagi sedangkan UVB diatas jam 10 pagi sampai jam 15.00,” imbuhnya, mendampingi Ketua DPD PBL Lampung Ary Meizari Alfian.

Kata dokter yang juga ketua komunitas pekerja seni pegiat kemanusiaan, Seniman Lampung Peduli (SELPI) ini, beberapa ilmuwan merekomendasikan UVB yang baik untuk kita terima di negara kita, namun dengan rentang waktu yang lebih pendek dari UVA.

“Yakni, bagusnya 5-10 menit saja, dan memakai parasol (pelembab kulit) SPF 30. Gunakan 10 menit sebelum berjemur,” ia menganjurkan.

Baca Juga:  Soal Intimidasi Jurnalis Fajar Sumatera, Ini Sikap PWI Lampung

Terang Aldo, untuk kena kanker kulit dan efek lainnya (katarak, rambut pirang, terbakar, dan lain-lain), “bukan karena siang atau paginya karena semua sama-sama punya efek kesitu. Tapi lebih ke rentang berapa lama kita terpaparnya, jadi disarankan untuk tidak lebih dari 10-15 menit,” beber dia.

Mengapa disarankan waktu yang pas adalah saat tubuh kita terpapar UVB?

“Karena pas UVA kadang keenakan, kelamaan, tapi diam-diam justru berbahaya. Kalau UVB, gua jamin pasti gak betah karena puanassss jamnya,” ia menekankan.

Bagaimana dengan tubuh orang yang memiliki jenis kulit kering?

“Gunakan parasol yang krim, kalau yang kulit tidak kering bisa yang gel,” ujar dokter milenial juga musisi yang lama dikontrak manajemen Nagaswara Record Jakarta dan lagu-lagu karyanya pernah ditembangkan biduan Zaskia Gotik dan Siti Badriah ini.

Sisi lain, penjelasan nyaris senada disampaikan oleh Prof Dr dr Oki Suwarsa SpKK(K) MKes, pakar dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski).

Prof Oki merincikan, sinar ultraviolet UVC memiliki panjang gelombang 100-280 nanometer, UVB 280-320 nanometer, dan UVA 320-400 nanometer.

“UVC yang memiliki gelombang paling pendek, sampai saat ini tidak bisa masuk ke bumi karena diserap stratosfer. Apabila sampai ke kulit, dapat menyebabkan resiko keganasan (kanker) bisa lebih besar,” paparnya, dikutip dari kolom tanya jawab (FAQ) laman Perdoski, 20 Februari 2020, diakses Rabu petang.

Sinar ultraviolet B, memiliki panjang gelombang lebih panjang dari UVC. “Ini dapat juga berdampak buruk pada kulit. Terpapar sinar UVB terlalu lama, dapat menyebabkan kulit semakin gelap,” lanjut Prof Oki.

Sedangkan untuk sinar ultraviolet A, sambungnya, merupakan radiasi matahari dengan gelombang terpanjang, masuk ke dalam lapisan kulit lebih dalam.

Baca Juga:  Perkara Anggaran Korona, Kadiskes Reihana Dipanggil Polda

“Energinya lebih rendah, tetapi kemampuan merusaknya lebih tinggi karena masuknya lebih dalam. Dampak yang dihasilkan salah satunya adalah penuaan pada kulit.”

Prof Oki juga menjelaskan kaitan sinar matahari yang juga bisa mencetuskan timbulnya psoriasis, yakni peradangan pada kulit yang ditandai dengan ruam merah, kulit kering, tebal, bersisik, dan mudah terkelupas, terkadang disertai gatal dan nyeri, dan lebih sering muncul di daerah lutut, siku, punggung bagian bawah, dan kulit kepala.

Sehingga, kata dia, tidak dianjurkan berjemur dibawah terik matahari untuk waktu yang panjang. “Sinar matahari paling besar berada pada waktu jam 10 pagi sampai dengan jam 4 sore.” pungkasnya.

Jadi, Sidang Pembaca, berjemurlah, demi kesehatan dan kebugaran tubuh Anda setiap hari, ada tidak ada wabah Corona. Tetapi, ingat anjuran kedua dokter di atas ya? [red/Muzzamil]

News Feed