Sebenarnya saya sudah pernah berjanji kepada diri saya sendiri untuk tidak lagi menulis tentang Corona di Lampung sejak surat terbuka dan tulisan terakhir saya tampaknya justru membuat Gubernur Lampung semakin tidak nyaman dan malah membuat pernyataan kontroversial, “anggap saja tidak ada” dan “kita injak-injak saja”. Tetapi setelah 14 dari 42 kerabat saya yg berinisiatif melakukan swab test dinyatakan positif mengidap COVID-19, dengan sangat terpaksa saya kembali harus sekali lagi menulis untuk mengingatkan Gubernur Arinal dan perangkatnya agar lebih berkhidmat berperang melawan pandemi ini.
Pagi tadi saya sudah melihat data terakhir kondisi pandemi di situs Kementerian Kesehatan. Data sampai kemarin tanggal 25 Oktober, kemudian saya bandingkan dengan data tanggal 2 September, tanggal yang pernah saya ingatkan dalam tulisan sebelumnya sebagai titik awal terjadinya lonjakan penyebaran pandemi baik secara nasional maupun lokal di Provinsi Lampung.
Dari perbandingan data yang ada, saya menemukan beberapa fakta berikut:
1) Selama 24 minggu atau 168 hari sejak tanggal 18 Maret sampai tanggal 2 September, jumlah penderita di Lampung sebanyak 410 orang, yang dinyatakan sembuh sebanyak 334 orang dan yang wafat sebanyak 16 orang. Rata-rata bertambah 5 orang penderita setiap dua hari, dengan tingkat kesembuhan sebesar 81,46% dan tingkat kematian sebesar 3,9%.
2) Sejak tanggal 3 September sampai tgl 25 Oktober, selama 53 hari jumlah penderita bertambah sebanyak 1.191 orang menjadi 1.601 orang, rata-rata bertambah 45 orang setiap dua hari. Pasien yang dinyatakan sembuh bertambah sebanyak 607 orang menjadi 941 orang dan yang wafat bertambah sebanyak 45 orang menjadi 61 orang.
3) Dibandingkan dengan rata-rata nasional dan regional Sumatera, posisi Lampung cukup memprihatinkan. Secara nasional selama tujuh minggu terakhir terjadi lonjakan kasus positif baru sebesar 215% sementara di Sumatera kasus positif baru meningkat sebesar 305%. Jika secara nasional kenaikkannya sekitar dua kali lipat, dan di Sumatera sekitar tiga kali lipat, maka di Lampung kenaikkannya hampir mendekati empat kali lipat sebesar 390%. Pertambahan kasus positif baru di Lampung meningkat lebih signifikan dibandingkan provinsi lainnya di Sumatera maupun Indonesia.
4) Jumlah angka kesembuhan secara nasional meningkat sebesar 241%, di Sumatera meningkat sebesar 373%, dan di Lampung meningkat sebesar 282%. Tingkat kesembuhan di Lampung relatif masih lebih baik dibandingkan rata-rata nasional walaupun masih lebih buruk jika dibandingkan dengan rata-rata di Sumatera.
5) Jumlah angka kematian secara nasional selama tujuh minggu terakhir naik sebesar 174% sementara di regional Sumatera naik sebesar 233%, sementara di Lampung angka kematian itu melonjak tajam sebesar 381%.
6) Jika dibandingkan di antara dua kurun waktu itu (2 September dan 25 Oktober), secara nasional angka kesembuhan mengalami perbaikan yang cukup menggembirakan dari 71,95% menjadi 80,51% dan angka kematian menurun dari 4,22% menjadi 3,51%. Secara nasional semakin tinggi harapan pasien penderita COVID-19 untuk sembuh dan semakin kecil kemungkinan pasien meninggal dunia.
7) Di Sumatera kenaikan angka kesembuhan lebih menggembirakan lagi, dari 58,03% di awal September kemudian melompat ke 70,78% di minggu keempat Oktober. Sedangkan angka kematian juga menurun cukup baik dari 4,12% menjadi 3,15%. Secara regional di Sumatera, harapan pasien untuk sembuh juga meningkat tajam dan ancaman kemungkinan kematian juga mengalami penurunan.
8) Tetapi di Lampung perkembangannya tidak semenggembirakan kondisi regional dan nasional. Angka kesembuhan dari 81,46% terjun bebas menjadi 58,77% sementara tingkat kematian relatif stabil dari 3,9% turun sangat tipis menjadi 3,81%.
9) Jika dibandingkan di antara 10 provinsi di Sumatera, untuk tingkat kesembuhan posisi Lampung saat ini berada pada posisi ke-8 alias urutan ke-3 terburuk dari bawah. Sementara untuk tingkat kematian berada pada posisi ke-7 atau urutan ke-4 terburuk dari bawah.
Minggu lalu karena ada anggota keluarga yang merasakan gejala menderita COVID-19, kerabat saya yang sebenarnya juga mengenal baik Gubernur Arinal itu kemudian berinisiatif melakukan swab test untuk 42 orang anggota keluarganya. Hasil uji PCR nya kemudian menyatakan sepertiganya (33,33%) sebanyak 14 orang positif mengidap Coronavirus, walaupun ada beberapa yang masih akan dites ulang. Dari pengalaman kerabat saya itu ternyata diperlukan waktu sampai dengan 4 hari untuk melakukan swab test sampai dengan hasilnya diketahui. Kekurangan media test (reagen) dan salah satu mesin uji sedang mengalami kerusakan menjadi alasan yang dikemukakan oleh pihak Dinas Kesehatan Provinsi kepada kerabat saya.
Saya sudah bertabayyun bertanya kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tentang kondisi kesiapan PCR-Test saat ini, terkonfirmasi memang benar ada salah satu mesin uji yang sedang mengalami perbaikan sehingga untuk sementara belum bisa digunakan. Dari keterangan beliau ternyata Lampung selama enam bulan ini sudah melakukan PCR-Test sebanyak hampir 20 ribu sampel. Informasi yang cukup menggembirakan, tetapi ketika saya tanyakan dari sejumlah tes itu berapa persen yang kemudian dinyatakan positif dan berapa persen yang negatif, beliau belum menyampaikan jawabannya.
Mencermati angka-angka yang disajikan oleh Kemenkes dan pengalaman langsung kerabat saya itu, saya kira kita semua dapat memahami betapa kondisi penyebaran dan penanganan pandemi Corona di Lampung khususnya selama tujuh minggu terakhir ini terus memburuk. Mungkin ini saat yang paling tepat bagi Gubernur Arinal jika ingin bermuhasabah, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap perangkat kerjanya. Mohon hentikan klaim sepihak sebagai yang terbaik dalam penanganan pandemi dan jangan lagi mengeluarkan pernyataan dan sikap yang kontroversial, apalagi yang bernada menyepelekan.
Kita tidak dapat menganggap Corona tidak ada, kita juga tidak bisa menginjak-injaknya. Data yang kita saksikan justru Corona yang semakin menginjak-injak keselamatan dan mempersulit hidup rakyat, rakyat yang sama yang telah memilih Gubernur Arinal 16 bulan yang lalu.
Nizwar Affandi
*Pemerhati Pembangunan Daerah
Komentar