Bandar Lampung – Kelangkaan kedelai import maupun kedelai lokal yang semakin meluas di seluruh Indonesia juga terjadi di Provinsi Lampung. Yang justru menjadi perhatian adalah dimasa langkanya kedelai, harga kedelai lokal malah turun dari Rp. 15.000/kg menjadi Rp.14.000/kg.
Hal ini mendapat tanggapan anggota DPRD Provinsi Lampung I Made Suarjaya yang memang berlatar belakang seorang Petani. Dewan ini mengatakan bahwa kelangkaan ini merupakan akibat disintegrasi sistematis yang terjadi dalam dunia pertanian Indonesia sejak lama.
Problemnya para petani lebih memilih bertani jagung dari pada kedelai, sebab masa panen kedelai lebih lama serta hasil panen kedelai harus bersaing dengan kedelai import. Ini yang sejak lama saya suarakan dengan keras, bahwa perhatian pemerintah tidak mendasar kepada para petani. Buktinya disaat langka seperti ini ketika harga kedelai import naik, harga kedelai lokal justru turun,” papar legislator Partai Gerindra ini melalui pesan singkatnya kepada awak media, Rabu (6/1)
Dewan yang akrab disapa Cah Angon ini mengatakan bahwa para petani di Indonesia saat ini didominasi oleh kaum tua tanpa adanya gejala regenerasi yang sehat. Menurutnya kedepan sektor pangan Indonesia akan bergantung kepada negara lain, karena kecilnya angka kaum muda yang melirik dunia pertanian.
“Ini soal kedaulatan Bangsa yaitu sisi kedaulatan pangan, bagaimana kita mau berdaulat jika komoditi pangan kita di dominasi oleh produk import. Petani tidak bisa bertahan, sehingga banyak yang menjual ladangnya dan beralih ke bidang usaha lain. Ini membuat anak petani tidak mau bertani, ini masalah besar,” tuturnya
Dewan Cah Angon mengatakan bahwa Lampung sebagai lumbung padi Indonesia juga hanya akan tinggal kenangan, jika pemerintah tidak membuat kebijakan yang pas terhadap regulasi komoditi import ini
“Saya harus katakan bahwa para pemain Komoditi import ini sebagian besar hanya menguntungkan segelintir pihak, yang justru tidak memiliki kepedulian pada petani lokal. Efeknya ketika ada wabah secara global seperti ini, banyak barang import tidak bisa masuk, sementara petani lokal sudah berhenti bertani, maka hasilnya adalah kekosongan produk. Jika pemerintah tidak menerapkan solusi yang tepat guna, saya prediksi 10 tahun kedepan, slogan Lampung sebagai lumbung padi Indonesia juga akan hanya tinggal kenangan, seperti Kab. Karawang yang kini didominasi perumahan dan apartemen,” jelasnya
Tokoh Pemuda Lampung ini menyarankan agar pemerintah pusat dapat bersinergi dengan pemerintah daerah dalam melakukan kontrol produk komoditi import.
“Pemerintah harus membendung arus barang import ini, salah satu caranya adalah penerapan regulasi bahwa komoditi import hanya boleh digunakan untuk keperluan industri produk olahan. Ini akan membuat persaingan sehat, dan pasar lokal akan kembali didominasi produk pertanian lokal yang jauh lebih sehat, “Tutupnya
Komentar