Untuk apa kau berikan aku benang yang kusut
Sementara diriku harus membuat kain.
Kain yang halus
Untuk apa kau hidangkan aku cinta yang kalut
Sementara tanganmu telah engkau berikan.
Pada yang lain
Sungguh teganya dirimu
Teganya teganya teganya teganya
Teganya teganya teganya teganya teganya
Oh pada diriku,,,,, hik hik
“asyik, tarik sis, jangan kasi kendor Lek Parno, goyang terus,”lincah Din Bacut bak bintang film Bollywood Sherok Khan, mengiringi nyanyian Lek Parno.
Sontak Lek Parno berhenti bernyanyi, diminumnya kopi yang hampir menyisakan ampas, tak luput cekatan jari Lek Parno mengambil rokok Din Bacut.
“Sampeyan ini Din, opo sing tarik sis iku, saya ini lagi sedih Din,malah di suruh goyang,”kental logat Lek Parno menjawab ajakan Din bacut.
“Ay kidah Lek, sedih kenapa, sedih sih boleh aja tapi jangan rokok saya terus Lek yang di embat, rugi Bandar Lek.”sergah Din Bacut.
“Nanti kalau sawah saya panen Din, kamu saya beliin rokok.”
“Alangkah lamanya saya nunggu Lek Parno Panen, mengot Lek Mulut saya nunggunya. Lek Parno ini kenapa nyanyinya sampai yang tega-tega begitu Lek, kepo dikit sih Lek. Kalau kata Mamah Dedeh, “Curhat Dong Mah hahaa.”nyinyir mulut Din Bacut.
“Mbak Sum tambah lagi kopinya, masukin catatan Din Bacut Ya.”pinta lek Parno kepada Mbak Sum sebelum bercerita kesedihannya.
“Din, saya ini sedih Din, barusan Ayuk kamu di rumah cerita. Kalau Sekdes, dan semua pamong desa sampai ke tingkat RT mau dapat tambahan penghasilan dari Kades Juned, yach program baru katanya Din kalau ndak salah namanya Tambahan Penghasilan Pamong Desa,Tappedes kalau ndak salah singkatannya.”panjang lebar Lek Parno menjelaskan.
“Asyik-asyik, cair dong Sekdes kita Kang Rizal Darmono, nanti bon kita di warung Mbak Sumi bisa di bayarin dong Lek.”cetus Din Bacut Siasat Kades Juned.
“Lambemu Din, Sekdes Rizal itu dosanya saja kita minta ndak dia kasih, boro-boro suruh bayarin bon di sini, wes to jangan halu kata anak sekarang.”balas Lek Parno.
“Nah terus apa dong Lek, lanjutin lagi cerita Lek Parno.”pinta Din Bacut sambil mengantongi rokok kretek Jisahsu nya.
“Din, kalau mau ngobrol enak sambil ngerokok Din, tapi jangan juga dikantongin Din, kalau rokok yang saya isep ini abis gimana.”
“Rugi terus saya ini pokoknya kalau deket Lek Parno ini, Ya udah cerita lagi Lek , ini rokoknya.”sungut Udin.
“Pokoknya Din, kades Juned sebentar lagi mau bagi-bagi uang untuk semua pamong, pokoe seluruh pamong Desa Negeri Onyah, staf-staf khusus Kades, sampai penasihat kades dikasih semua Din, kecuali Om Supardi, kan ketua LSM No Cis No Do itu proyeknya akeh Din dari Kades Juned jadi ndak perlu di kasih uang tambahan lagi kalau Om Supardi.”cerocos Lek Parno.
“Nah yang dapat paling besar ya si Sekdes Rizal Darmono Din, kalau ndak salah 7 juta lebih din, pokoknya din kalau semua uang tambahan itu di hitung bisa beli pupuk orang sekampung Din, malah nyisa.”kata Lek Parno.
“Nah yang buat Lek Parno sedih itu apa Lek, justru bagus kan Artinya Kades Juned perhatian dengan anak buahnya.kalau kata orang kuliahan Lek, harus kita apresiasi Lek.”tandas Udin.
“Apreasiasi apa Din, justru saya prihatin dengan royalnya Kades Juned hanya kepada pamong, tapi lupa dengan masalah yang sedang di hadapi warga. Kamu tahu sendiri kan Din, Zaman Korona ini semua serba sulit, yang paling terdampak pandemi ini ya kita orang susah, petani kere.Lah kalau pamong-pamong, gaji mereka jelas, kerja juga saat ini ndak seberapa kebanyakan kerja dari rumah, lah ini tiba-tiba di kasih sama Kades Juned uang tambahan penghasilan, opo ya ora pekok Din?”keluh Lek Parno.
“Aguy kidah Lek, kadang suka bener Lek Parno kalau ngomong kayak orang kuliahan aja. Kalau informasi yang saya serap dari warga desa sih Lek, di Kampung kita ini yang nganggur tambah banyak, yang miskin juga bertambah, semua mengeluh dengan kondisi pandemi. Ini sama saja kades Juned tidak ada tenggang rasa, tidak prihatin dengan kondisi petani, warga miskin pengangguran.Ya ampun Lek, sakitnya tuh di sini Lek,”lirih Din Bacut sambil memegang dada.
“ Asal kamu tahu ya Din, uang tambahan untuk pamong ini diluar dari janji Kades Juned saat nyalon, kalau kamu masih ingat program Kades Juned saat itu, Untuk Desa Onyah Bergaya kan petani menjadi prioritas utama.”lah ini pupuk langka, harga hasil bumi hancur malah pamong yang di kasi uang tambahan,kok iso aku milih kades pekok yo Din,”
“setubuh Lek, eh setuju maksud saya Lek, kita ini walau miskin Lek kan tetap bayar Pajak bumi bangunan Lek, ,masa iya gak dapat perhatian dari Kades Juned. Kalau begini terus apa kata dunia Lek, mana janji-janji Kades untuk progam Desa Onyah Bergaya, halu semua itu Lek, yuk Lek kita nangis bareng di sini, jangan lupa ajak mbak Sumi siapa tahu Bon kita gak di suruh bayar.”
“Aduh Din, baru sadar kan kamu Din gimana liciknya dan jahatnya Kades Juned, pas mau nyalon aja baik,tebar senyum sana sini. Padahal galaknya minta ampun, ingat kan dulu sebelum nyalon kalau Kades Juned pernah menampar salah satu calo di terminal. Sungguh teganya dirimu,Teganya teganya teganya teganya.”kembali Lek Parno lirih bernyanyi.(Bg)
Komentar