Jogjakarta, Analisis.co.id – Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Rudianto dan Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Luthfi secara khusus mengunjungi Fakultas Kedokteran (FK) UGM. Kunjungan ini dalam rangka akselerasi percepatan penanganan Covid-19 di Jawa Tengah dan sekitarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Pangdam dan Kapolda ditemui oleh penanggung jawab Dekan FK UGM Prof dr Ova Emuika di Lantai 2 Kantor Pusat Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat UGM.
Dalam sambutannya, Pangdam mengatakan bahwa manajemen penanganan Covid-19 di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sudah lebih baik daripada yang sebelumnya. Sinergitas semua instansi terkait telah berjalan, namun masih berbanding terbalik di wilayah Jawa Tengah.
“Padahal vaksin massal telah dilakukan dan tenaga kesehatan pun telah maksimal menjalankan tugasnya , tetapi angka penyebaran kasus Covid-19 masih belum menurun. Untuk itu kita harus intervensi obat dimana UGM sudah mempunyai obat yang namanya Spektrum Rekombian,” kata Pangdam.
Dia mengatakan, berbagai upaya yang telah dilakukan bersama tetapi masih belum mampu mengurangi angka penyebaran Covid-19.
Mengingat semua tempat isolasi sudah penuh, Pangdam mengajak untuk bersama berani mengambil resiko dengan melaksanakan percepatan penanganan Covid-19 guna membuahkan hasil yang dapat menyelamatkan umat manusia.
Sementara, Kapolda Jateng mengatakan bahwa rumusan ini nantinya dapat menjadi hasil penelitian sehingga pembahasan yang disimpulkan dapat menyelamatkan banyak nyawa.
“Sebab kebijakan kebijakan yang telah dilaksanakan selama ini masih belum juga dapat menekan lonjakan kasus penyebaran Covid-19 di Jateng,” katanya.
Kapolda menyebut selama kurang lebih seminggu setelah arus balik angka Covid-19 masih bisa dikendalikan namun setelah 3 minggu angka Covid mulai melonjak di seluruh Kabupaten/Kota.
“Setelah saya analisa lonjakan itu bukan semua karena faktor mudik tetapi tradisi di tempat kita itu yang menyebabkan,” ujar Kapolda.
Tradisi yang dimaksud seperti halal bihalal pada sanak saudara, dan keramaian di tempat ziarah dan tempat wisata.
“Masyarakat kita itu tidak mengenal Covid, saya berpikir ini penyebabnya, masyarakat jenuh kemudian protokol sudah lupa karena menganggap angka Covid saat itu flat dan biasa-biasa saja yang akhirnya meledak sampai sekarang tidak terkendali,” ujar mantan Kapolresta Solo ini. (tuti)
Komentar