Adolf Ayatullah Indrajaya
Oke, kita sekarang bikin daftar prioritas kualifikasi seorang Ketua PWI. Kita mau seorang ketua yang paling pertama harus apa?
Berikutnya, harus apa lagi dengan parameter terukur dimana kualifikasi itu punya poin yang bisa diakumulasikan sehingga calon yang bijinya paling gede jadi yang paling pantas.
Ada kawan yang nyeletuk, “Ketua PWI kudu deket dengan gubernur, walikota dan bupati! Tambah lagi, Bung. Ketua PWI kudu akrab sama bos-bos dan pengusaha!”
Dekat dengan sumbu kekuasaan dan sumbu kekayaan tentu saja enak. Bisa bikin berkuasa, bisa bikin kaya raya. Boleh-boleh saja faktor itu jadi salah satu yang diperhitungkan.
Tapi coba dipikir lagi lebih mendalam. Kalau kedekatan itu hanya dipergunakan untuk masuk ke dalam lingkar kekuasaan atawa menumpuk pundi pribadi, maka ketua model begini pasti jadi lalim, keji, bengis dan kacrut.
Organisasi Profesi kudu mampu memberi nilai tambah buat anggota-anggotanya. Ketuanya harus mampu membuat anggota-anggotanya lebih baik, lebih cerdas, lebih sejahtera. Bukan cuman bangik sendiri.
Dekat itu artinya dia punya akses untuk menjadi penyambung lidah. Tapi, jangan jadi jongos penguasa. Jangan sampai bapaknya wartawan se-Lampung malah jadi jongos para pejabat dan bos-bos buat menindas wartawan!
Pengurus PWI Lampung
Komentar