Jakarta – Dua lembar surat berbahasa Inggris dan berkop Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) viral di media sosial, yang dikirim oleh Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf kepada Direktur Emeritus Pusat Keagamaan Yahudi, Rabbi David Saperstein.
Isi surat tersebut antara lain, permohonan menjadi penasihat organisasi Center for Shared Civilizarional Values (CSCV), organisasi yang diklaim dibentuk oleh PBNU.
Dalam surat tersebut, Gus Yahya secara terang-terangan mengajak Direktur Emeritus Yahudi untuk bekerjasama membangun peradaban global dan nilai-nilai luhur kerukunan umat manusia. Juga dikaitkan dengan pertemuan G20, yang akan diadakan di Indonesia, tahun depan.
Padahal, dalam sebuah wawancara dengan sebuah media online, Gus Yahya telak-telak menyatakan bahwa dirinya benci Yahudi. “Sampai detik ini saya benci Yahudi,” tegas Gus Yahya.
Sontak surat Gus Yahya tersebut melukai warga NU yang mendukung penuh kemerdekaan Palestina. Sejak berdiri tahun 1926 NU berkomitmen mendorong adanya kebebasan bagi Palestina melalui diplomasi global, dengan catatan, tidak bekerjasama dengan para zionis Israel. Adanya surat yang diduga dilakukan Syuriah PBNU dan Kementerian Agama tersebut menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Nahdliyin dan umat Islam Indonesia.
Uniknya, surat tertanggal 22 September 2021 itu tidak melibatkan Rais A’am PBNU, Ketua Umum PBNU dan Sekjend PBNU seperti pada surat resmi PBNU lainnya.
Kuat dugaan, surat Gus Yahya tersebut erat kaitannya dengan penyelenggaraan Muktamar NU yang akan diadakan di Lampung, 22-23 Desember ini.
Hal ini sangat kontradiktif, mengingat beberapa waktu lalu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dengan tegas menyatakan bahwa Indonesia tak berniat jalin hubungan diplomatik dengan Israel. “Pemerintah Indonesia akan fokus mendukung kemerdekaan Palestina, sesuai two-state solution dan berdasarkan parameter internasional yang disepakati,” ujar Retno.
Menlu mengatakan, ditengah berbagai tekanan, Indonesia dapat menjalankan prinsip-prinsip hukum internasionalnya. Hal ini juga dilakukan Indonesia untuk isu Palestina. “Meski santer terdengar kabar Indonesia mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel, namun saya tegaskan hingga saat ini, tidak ada niatan Indonesia untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel,” tegasnya.
Eratnya hubungan Gus Yahya dengan kalangan Yahudi cukup mengkhawatirkan bagi warga Nahdliyin.
Sebelumnya, Gus Yahya juga pernah menggegerkan dunia internasional, dengan menghadiri konferensi Komite Yahudi Amerika atau American Jewish Committee/AJC Global Forum di Yerusalem, 10 Juni 2018 silam. Di Israel, Yahya juga bertemu Benjamin Netanyahu. Fotonya dengan Perdana Menteri Israel itu tersebar luas. Gara-gara kunjungannya itu, putra KH Cholil Bisri itu menuai banyak kecaman dari dalam dan luar negeri.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra Ahmad Muzani menyayangkan perihal kepergian Gus Yahya ke Israel, bahkan bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu.
“Sikap Pemerintah Indonesia terkait Israel sudah jelas. Karena itu, kepergian beliau (Gus Yahya) ke sana perlu dipertanyakan, ada kepentingan apa dan untuk siapa,” ujar Muzani.
Dirinya tidak menampik, bila hal tersebut menimbulkan polemik sensitif di masyarakat, khususnya warga NU. “Harusnya tidak demikian lah. Harus bijak dan memahami politik internasional Indonesia. Apalagi beliau kan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres),” tandasnya.
Komentar