PEMERINTAH Indonesia melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1989 telah mengesahkan Konvensi UNESCO 1972 tentang Pelindungan Warisan Budaya dan Alam Dunia (1972 UNESCO Convention Concerning the Protection of the World Cultural and Natural Heritage).
Pasal 4 Konvensi UNESCO 1972 menyatakan bahwa tugas negara pihak adalah menerapkan konvensi, terutama dalam memastikan identifikasi, proteksi, konservasi, presentasi, dan transmisi warisan dunia.
Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah dilaksanakan untuk menggemakan kembali rute perdagangan laut dunia dengan rempah sebagai salah satu komoditi utama yang dibawa oleh pedagang dari daerah-daerah Nusantara ke belahan dunia lain.
Kegiatan ini akan memperkenalkan kekayaan warisan budaya dan OPK yang dimiliki oleh tiap titik singgah dan kaitannya dengan narasi konektivitas Jalur Rempah yang disusun oleh Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan kepada Laskar Rempah.
Kekayaan warisan budaya dan OPK ini dikemas dalam kunjungan ke Cagar Budaya dan Museum, serta event kebudayaan yang dilaksanakan oleh daerah titik singgah.
Rangkaian kegiatan titik singgah (kegiatan darat) diselenggarakan melalui kerja sama antara pemerintah daerah di tiap titik singgah dan Kementerian Pendidikan, Riset, dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Kegiatan ini bisa dijadikan sarana bagi pemerintah daerah di titik singgah untuk mempromosikan kebudayaan dan pariwisata daerah mereka melalui program MBJR karena peserta pelayaran ini berasal dari seluruh provinsi di Indonesia dan mengundang influencer serta peneliti dari berbagai bidang.
Pemanfaatan Cagar Budaya (CB) dan Warisan Budaya Takbenda (WBTb) menjadi fokus Muhibah Budaya. Melalui pengembangan dan pelestarian cagar budaya, diharapkan warisan sejarah dan budaya Nusantara tetap hidup dan relevan, serta dapat membangkitkan kembali ekosistem dan ekonomi masyarakatnya.
Program ini menempatkan generasi muda sebagai agen perubahan. Melalui berbagai aktivitas seperti seminar, workshop, dan residensi budaya, generasi muda diajak untuk terlibat aktif dalam merevitalisasi dan menjaga warisan budaya.
Muhibah Budaya mengakui peran penting media sosial dalam menyampaikan pesan kepada generasi muda. Penggunaan platform digital, seperti Instagram, Twitter, dan YouTube, diharapkan dapat menjadi alat promosi dan pendidikan yang efektif.
Edukasi digital menjadi strategi untuk meningkatkan kapasitas generasi muda. Program online, seperti webinar, dan konten interaktif, dapat membantu menyebarkan pengetahuan tentang Jalur Rempah dan kekayaan budaya Nusantara.
Muhibah Budaya menghadirkan ragam aktivitas di darat dan laut, termasuk pertunjukan, musik, kuliner, dan pengetahuan lokal.
Semua kegiatan ini dimaksudkan untuk memperkaya pengalaman dan membangkitkan kembali kehangatan Jalur Rempah.
Melalui Muhibah Budaya, Indonesia berkomitmen untuk menjaga dan mengembangkan warisan budaya dengan melibatkan generasi muda dan memanfaatkan teknologi digital.
Dengan demikian, Jalur Rempah akan tetap hidup, menjadi sumber inspirasi, dan menciptakan jejaring budaya yang kuat melalui generasi muda dan media sosial.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, mengatakan bahwa pelayaran MBJR dimulai dari refleksi terhadap kenyataan sejarah Indonesia sebagai negara maritim.
Program ini berupaya memperkenalkan dan menelusuri kembali jejak sejarah kemaritiman Indonesia.
“Tujuan akhir dalam pelayaran ini bukan hanya menumbuhkan minat pada sejarah kemaritiman, namun juga menggali warisan budaya kemaritiman lainnya seperti KRI Dewaruci yang sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya dan juga tapak sejarah lainnya di persinggahan pelayaran kapal.
Lebih dari itu, kita memiliki banyak praktik-praktik tradisional yang berkaitan dengan kemaritiman, dan semua itu harus kita lestarikan,” ucap Hilmar.
Hilmar mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung kegiatan MBJR 2024, khususnya untuk TNI Angkatan Laut yang sudah bekerja sama dalam tiga tahun terakhir dalam pelayaran MBJR.
“Kita bukan hanya sekedar menghidupkan kebudayaan masa lalu, namun juga ada kaitannya dengan masa depan. Pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai sumber daya maritim sangat luar biasa, untuk itu sudah sepatutnya kita lestarikan dan membawa kemajuan bagi Indonesia,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Staf Armada RI, Laksamana Muda TNI Didong Rio Duto Purwo Kuntjono, mewakili Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL), mengatakan bahwa melalui pelayaran MBJR 2024 semoga KRI Dewaruci menjadi duta bangsa dalam memperkenalkan kembali kejayaan maritim dan kekayaaan budaya Indonesia kepada dunia internasional.
“Berlayarlah dengan sungguh-sungguh, selalu diiringi dengan doa agar sasaran pelayaran dapat tercapai. Optimalkan penggunaan media sosial dengan bijak untuk membangun citra positif TNI AL, serta bangun kebersamaan sesama peserta yang berasal dari berbagai wilayah Indonesia untuk memperkuat persatuan dan kesatuan Indonesia,” ucapnya.
Didong berharap seluruh peserta MBJR agar dapat mengambil manfaat untuk mempelajari sejarah dan budaya Jalur Rempah secara mendalam.
“Jadikan MBJR 2024 ini sebagai momentum kebangkitan jiwa Bahari putra putri bangsa Indoenesia,” pungkasnya.
Selanjutnya, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Irini Dewi Wanti, mengatakan bahwa setelah 2 tahun sebelumnya MBJR telah melakukan pelayaran ke Indonesia bagian Timur di tahun 2022 dan bagian Tengah tahun 2023, tahun ini pelayaran akan mengarungi titik-titik Jalur Rempah di wilayah Indonesia Barat yaitu Jakarta, Belitung Timur, Dumai, Sabang, Malang, Tanjung Uban, Lampung, dan kembali ke Jakarta. Seluruh pelayaran dimulai pada tanggal 7 Juni hingga 17 Juli 2024.
“Program ini tidak hanya mempromosikan kekayaan budaya Indonesia, namun juga memperkuat diplomasi budaya dengan negara-negara sahabat. Untuk pertama kalinya, pelayaran MBJR akan berlabuh ke Malaysia, melalui titik Malaka,” ujarnya.
MBJR 2024 akan diikuti oleh 150 orang yang terbagi dalam 75 Laskar Rempah dan peserta undangan dari akademisi, media massa, penulis professional, pegiat media sosial, content creator, dan influencer.
Sepanjang pelayaran, para peserta akan mengikuti sejumlah kegiatan, antara lain pameran, lokakarya, seminar, pertunjukan seni budaya, kunjungan ke situs sejarah, dialog, dan diskusi. (Rls)
Komentar