oleh

Mutasi Pesanan Faksi

-Din Bacut-639 views

Sejak Tuan Melenggang Dilangit dinyatakan menang dalam Pemilihan Gubernur Provinsi Lataklitung, udara provinsi terasa lebih panas dari biasanya.

Bukan karena global warming atau karena AC kantor Pemprov rusak lagi karena pengadaan yang tidak sesuai spek dan bermasalah oleh Badan Pemeriksa.

Tapi karena satu kata yang mampu membuat pejabat eselon dua dan tiga sampai tukang bersih-bersih Kantor Dinas jadi rajin sholat subuh dan tidak tidur lagi, ya kata-kata mutasi.

Rolling jabatan atau mutasi menjadi dalih pemerintah untuk penyegaran organisasi, tapi tidak bagi Din Bacut dan kawan-kawan, Mutasi itu bentuk gaya baru dari rebutan kursi gaya rapi antar faksi.

Pasca pelantikan  Gubernur Tuan Malenggang Dilangit beberapa waktu lalu,pejabat se-Provinsi langsung berubah sikap.

Yang dulunya jarang ke kantor, sekarang datang subuh-subuh, absen digital dengan wajah secerah  memakai skincare murahan. Glowing tapi layaknya muka disiram solar.

Yang tadinya muka bertekuk delapan, seperti muka pendukung timnas yang keok dihujani belasan gol dari tim lawan. Bahkan ada yang buruk mukanya, layaknya rekanan atau LSM yang tidak mendapat jatah proyek karena tidak mau setor.

Sementara itu, di tengah kota, di bawah baliho “Selamat dan Sukses untuk Gubernur Terpilih” yang sudah mulai pudar karena hujan, terdapat satu tempat yang justru jadi pusat informasi dan kegabutan elite non-struktural yakni Kedai Kopi Dek Yanti.

Dek Yanti, janda dengan predikat Gemoy Nasionalis, bukan hanya dikenal karena adukan Kopi Slemon (Sekali Minum Langsung Move On).

Tapi juga karena keahliannya mengendus gosip politik lokal lebih cepat dari awak media. Kedainya kecil, kursinya goyang-goyang, maklum kursi sisa barang bukti sitaan dari proyek dinas pekerjaan umum yang kasusnya sedang diperiksa aparat.

Baca Juga:  Siasat Kades Juned Saat Pandemi

Meski kedai kecil hanya menumpang di pelataran parkir Kantor Gubernur,namun pembahasan di kedai sangat besar,penuh strategi politik, prediksi mutasi, juga siapa-siapa pejabat yang hobi mengutip setoran dari rekanan.

Selain itu tentu  ada sisa tumpahan kopi dari pelanggan yang kaget dengar isu baru.

Di sanalah berkumpul tokoh-tokoh penikmat kopi yang hobinya lebih banyak berhutang daripada membayar.

Seperti Din Bacut, si mantan jurnalis yang sekarang jadi pengamat politik karena kehabisan pulsa. Ada juga Ben Mangkurondo, PNS  yang punya hobi mencatat siapa saja wanita yang baru mendapat sertifikat janda dari pengadilan agama.

Kemudian Onang Mangkuelsi , mantan aktivis yang mencoba peruntungan menjadi rekanan namun gagal karena tidak punya uang setoran.

Dan Sumi Dodoroto, pewarta senior yang lebih senang mengghibah denngan Dek Yanti ketimbang mencari berita.

Setiap hari mereka nongkrong di pojokan kedai, seperti empat burung hantu yang kelebihan kafein, asyik bercengkrama, lupa daratan, lupa lautan bahkan sudah melupakan  mantan karena tiap hari minum Kopi Slemon.

Mereka tak lagi percaya pada rapat-rapat resmi, karena yang benar-benar menentukan siapa yang duduk di kursi jabatan justru terjadi di luar sistem.

Bisa di ruang tamu, di grup WA alumni, atau kadang di pesta ulang tahun anaknya teman sekolah Gubernur.

Ada yang katanya akan jadi Kepala Dinas Perhubungan karena pernah meminjamkan mobil saat kampanye. Ada juga yang akan diangkat jadi Kepala Dinas Pendidikan karena rajin upload quote bijak tiap pagi, dan Tuan Gubernur pernah me-like salah satunya.

Dan yang paling parah calon Kepala Dinas Pertanian yang tidak bisa bedakan antara kangkung dan bayam juga jengkol dan Jaling.Tapi berhasil dapat restu karena pernah satu tim lomba tarik tambang kampus bersama sang gubernur.

Baca Juga:  Wabup Mesum Dari Utara (Bagian Ketiga)

Rakyat hanya bisa pasrah, sementara para faksi di sekitar Gubernur mulai adu strategi lebih sengit dari debat calon presiden.Mereka merasa punya hak punya kuasa dan paling berjasa.

Ada faksi kerabat dekat, mereka yang kalau makan di rumah Gubernur, nggak pakai sendok. Lalu faksi alumni sekolah, yang entah kenapa percaya bahwa kalau pernah satu kelas maka otomatis layak jadi pejabat dekat.

Belum lagi faksi teman organisasi, faksi relawan, faksi partai pengusung, dan yang paling lincah faksi mantan,yang tak punya jabatan, tapi selalu punya jalan meski saat Kembali tak sesuai ekpektasi.

Pasca pelantikan Gubernur, muncul rumor bahwa jabatan Kepala Dinas Kominfo akan diberikan kepada seseorang yang sangat dekat dengan kerabat Gubernur.

Sontak, para pejabat yang merasa lebih berkompeten mulai menanyakan nasib mereka kepada langit. Beberapa bahkan mulai ke dukun birokrasi.Seorang paranormal spesialis urusan SK pelantikan.

Birokrasi berubah menjadi semacam reality show. Para pejabat saling menyapa dengan senyum penuh misteri. Tiap kali ada undangan rapat mendadak, mereka bingung: “Ini rapat penting atau gladi bersih pemecatan?”

Tak sedikit yang mendadak rajin ngaji, ikut seminar motivasi, bahkan ada yang mulai upload foto masa kecil dengan caption “Dulu aku bukan siapa-siapa, tapi aku yakin takdir bisa berubah.”

Bahkan di media sosial banyak pejabat meng-upload foto saat Bersama sang Gubernur, kebanyakan foto saat Tuan Melenggang Dilangit belum menjabat. Maklum sebagai politisi, Ia cukup dikenal dekat dengan kalangan birokrasi, sosok Low Profilnya terkadang justru dimanfaatkan oleh orang-orang terdekat.

Namun di tengah kekacauan itu, hanya satu tempat yang tetap waras, Kedai Dek Yanti. Di sanalah realita dikupas lebih tajam dari silet. Lebih sadis dari lirikan mantan yang tidak terima melihat kemesraan pasangannya terdahulu menikah lagi, dan semua keriuhan hanya berakhir sebagai satu kesimpulan:

Baca Juga:  Petruk Tipu Kades Broso

“Kalau kamu mau dapat jabatan sekarang, jangan Cuma modal pintar jangan Cuma modal pengalaman dan pangkat. Tapi kudu juga punya modal dekat.”

Dan di akhir hari, saat semua pejabat sibuk menulis testimoni palsu di media sosial dan menyerahkan biodata panjang ke ajudan Gubernur, Din Bacut hanya tersenyum sambil memandangi secangkir kopi panasnya.

“Mutasi ini bukan penyegaran,” gumamnya.

“Ini migrasi fauna birokrasi. Yang dulu di bawah, sekarang di atas. Yang di atas, ya, asal bukan kena OTT, masih bisa manuver.”

“Tetapi kita juga harus positif thinking, Gubernur sekarang tentu tidak serta merta mendengar bisikan Faksi. Sebagai politisi yang berpengalaman tentunya Gubernur punya pertimbangan apalagi kan ada tim kepangkatan dan mutasi dari Provinsi. Tentunya semua itu melalui pertimbangan yang sudah dipikirkan secara detil,”kata Onang Mangkuelsi mencoba bijaksana.

“Benar kata Onang,Mutasi jabatan bukan akhir dari perjalanan, melainkan langkah baru untuk terus tumbuh dan memberi arti di tempat yang berbeda. Artinya Setiap perubahan adalah peluang untuk belajar, berkembang, dan memberikan kontribusi yang lebih luas,”timpal Ben Mangkurondo

Dek Yanti tertawa kecil dari balik etalase.

“Sudahlah, Din. Kalau semua rebutan jabatan, nanti yang rebutan cinta aku siapa.”

Dan begitulah, Lataklitung hari-hari ini. Provinsi yang sedang ramai rebutan kursi antar faksi. Tapi kursi paling nyaman tetap hanya ada satu kursi plastik goyang di pojokan Kedai Dek Yanti.

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed