Kantin Dek Yanti pagi itu bukan lagi sekadar warung kopi, tapi sudah menjelma jadi “paripurna tandingan”. Kopi Slemon mengepul, gorengan hangus disajikan,
Kopi di cangkir Din Bacut sudah dingin, tapi amarahnya makin panas. Ia menyalakan sebatang rokok murahan, hisapannya kasar seperti orang menarik utang.