oleh

Masayu Is Back

-Din Bacut-253 views

Setelah beberapa minggu menghilang bagai honorarium fiktif yang tak kunjung cair, Masayu mendadak muncul lagi di parkiran kantor Gubernur Latak Litung. Fortuner putihnya mengkilat seperti gigi influencer endorse pasta gigi Korea, menebarkan aura “aku kembali dan kalian semua hanya figuran”.

Selingkuhan Kadis Pemukiman, Rhomas Bodewin Hutajulung itu turun dengan langkah bak model catwalk, tas branded-nya berayun pelan seperti pendulum yang menghitung sisa kesabaran publik. Parfumnya masih menusuk, aromanya seperti campuran pinjaman online dan bunga bank yang terus berbunga.

Bahkan aromanya lebih tajam dari santernya mutasi pesanan faksi dan titipan relawan pemenangan.

Kabar pengangkatan tenaga Pendamping yang konon ttitipan relawan pemenangan kalah panas dengan berita kembalinya Masayu ke pangkuan Rhomas Bodewin Hutajulung.

Di seantero kantor, semua orang menoleh. Ada yang syok, ada yang mual, sisanya pura-pura fokus kerja sambil curi pandang. Dari satpam sampai staf TU, semua menahan napas seperti menonton plot twist sinetron yang tidak ada tamatnya.

Sementara itu di Kedai Kopi Slemon, markas besar para penikmat keadilan yang gagal tayang terlihat Din Bacut, Edi Gambreng, Amir Bingut, dan Rudi Balakteduh sudah menempati bangku masing-masing.

Di atas meja kayu yang pernah jadi saksi tanda tangan proyek meragukan, mereka menatap ponsel butut yang menampilkan foto Masayu berdiri di depan Fortuner-nya dengan caption: “Strong comeback stronger perfume.”

“Aguy , Din,” umpat Edi pelan, “ini manusia apa cicilan rumah? Hilang muncul hilang muncul.”

Din Bacut menghela napas panjang seperti relawan yang gagal dibayar setelah Pemilu. “Aku tuh lebih percaya sinetron Ikatan Cinta daripada birokrasi kita ini, Edi. Plotnya lebih waras.”

Tiba-tiba pintu Kedai Slemon berderit, dan Tuti Nonggeng masuk dengan ekspresi mirip penagih utang yang kesal karena targetnya kabur ke Singapura, layaknya koruptor.

Baca Juga:  ASU, Pamer Paha Susu

“Kalian sudah dengar?! Masayu balik! Fortuner baru! Gubernur Mariza diam saja! Inspektorat cuma jadi pajangan kayak toples lebaran!” Tuti duduk keras hingga kursinya berdecit, “Aku tuh kecewa, Din! Kecewa level galon habis pas malam lebaran!”

Amir Bingut menimpali dengan wajah kecut,

“Kasihan Gubernur Mariza itu, dia terkenal pemimpin soleh tapi itu bertolak belakang dengan anak buahnya yang mesum,”

 

“Tapi katanya,” sela Rudi Balakteduh, “Kakaknya si Kadis itu lho… Rhomas Rasika… lebih sakti dari utang negara. Katanya dia nelpon langsung ke ‘atas’, bikin Gubernur tak mampu mengambil tindakan.

Semua terdiam sejenak, hanya terdengar suara kipas angin Kedai Slemon yang berderit seperti tangisan rakyat kecil.

Dek Yanti, si janda gemoy mantan TKW Arab sekaligus pemilik kedai, muncul membawa nampan kopi. “Tenang, Din, Mas Edi… Ini Kopi Slemon racikan special pahit, panas, bikin kalian sadar kalau keadilan itu cuma bumbu orasi.”

Din meneguk kopinya. Pahitnya menusuk, lebih keras dari kenyataan. “Ini yang bikin rakyat geram, Yanti. Mariza itu orang soleh, rajin tahajud, tapi anak buahnya kayak setan piknik.”

 

“Tapi apa iya Cuma Kadis Rhomas, kalau dari informasi orang dalam bukan hanya si Rhomas yang mesum. Beberapa pejabat juga punya kelakuan yang sama, hanya saja belum terekspose,”tukas Tuti Nonggeng

“Jadi,” potong Tuti dengan wajah membara, “kapan kita lihat Kadis itu dicopot? Atau paling nggak, dimutasi ke peternakan lintah provinsi. Ini merusak citra Pemprov,bisa-bisa nanti masyarakat berasumsi ini sengaja dibiarkan dan Pemprov Latak Litung melihara Pejabat Mesum.”

Edi menyeringai masam. “Kapan? Kalau Gubernur masih ditekan keluarga Kadis, itu sama saja bohong.

Mereka tertawa getir bersama. Kopi Slemon di cangkir makin dingin, tapi amarah mereka tetap panas. Tagar #HonorerFortuner dan #KeadilanKapan trending di medsos, tapi lagi-lagi hanya jadi topik basa-basi tanpa eksekusi.

Baca Juga:  Perselingkuhan Walikota Dipergoki Suaminya

Dek Yanti menatap mereka satu per satu. “Kopi Slemon ini,” katanya dengan nada pelan yang menggema di kedai, “tidak pernah bohong. Beda sama mereka yang berdasi.”

Dan di parkiran kantor, Masayu berjalan lenggang, rambutnya dikibas angin AC mobil Fortuner. Dia tahu, di Latak Litung, cinta terlarang bukan dosa. Hanya urusan yang “masih dikaji lebih dalam.”

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed