Data-data statistik terkait Lampung sudah sangat buruk selama 16 bulan terakhir, sudah masuk kategori memalukan dan belum ada tanda-tanda trennya membaik dengan signifikan.
Nilai Tukar Petani (NTP) Lampung masih juga tenggelam di bawah angka 100, masih terus menjadi juru kunci di Pulau Sumatera. Apakah Pak Gubernur tidak sedikitpun merasa malu membaca kalimat “Provinsi Lampung tercatat sebagai provinsi dengan nilai NTP terkecil dibandingkan 9 provinsi lain di Sumatera” yang terpampang pada publikasi website BPS-BPS provinsi lain di Sumatera selama belasan bulan ini?
Pak Gubernur apakah tidak gelisah mengetahui bahwa harga Gabah Kering Petani (GKP) setahun terakhir tidak kunjung bisa sebaik harga di tahun-tahun sebelumnya pada bulan-bulan yang sama? Tidak khawatirkah Pak Gubernur dengan harga gabah yang saat ini sudah anjlok sepertiganya atau sebesar 33% dari harga gabah pada Januari 2019? Turun sebesar 1.776 rupiah per kilogram dari 5.398 rupiah pada Januari 2019 menjadi hanya sebesar 3.622 rupiah di akhir April kemarin.
Kartu Petani Berjaya (KPB) yang Pak Gubernur banggakan juga tidak terdengar lagi kabarnya, sudah berapakah pengguna aktifnya sekarang setelah enam bulan dilaunching? Apakah kontennya tidak lagi hanya menduplikasi KUR Pertaniannya Kementan seperti yang pernah disampaikan oleh Ketua Komisi IV DPR-RI tempo hari?
Bagaimana masa depannya dengan kehadiran aplikasi “Agree” yang dikelola oleh Telkom? Apakah aplikasi KPB bisa menandingi reabilitas aplikasi milik Telkom? Apakah sudah ada hasil penelitian yang mengukur signifikansi dan efektifitas KPB selama enam bulan ini terhadap peningkatan kesejahteraan petani di Lampung yang bisa membantah data-data BPS terkait NTP dan GKP?
Pertumbuhan ekonomi Lampung kuartal I (Q1) tahun 2021 ini menjadi yang paling buruk dibandingkan pertumbuhan ekonomi 9 provinsi lainnya di Sumatera. Lampung menjadi satu-satunya provinsi di Sumatera yang angka pertumbuhan ekonominya masih berada di bawah minus 2, di saat ada 5 provinsi pertumbuhan ekonominya sudah tidak lagi berada di bawah minus 1 bahkan ada 2 provinsi yang sudah mencatat angka pertumbuhan positif.
Pertumbuhan ekonomi Lampung sebesar (minus) -2,10% masih terpuruk di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Sumatera sebesar (minus) -0,86% juga jauh di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar (minus) -0,74%. Grafik perkembangan dari kuartal I (Q1) tahun 2020 sampai ke kuartal I (Q1) tahun 2021 pun belum menunjukkan tren sebaik tren rata-rata nasional dan Sumatera. Khususnya perkembangan dari kuartal IV (Q4) tahun 2020 ke kuartal I (Q1) tahun 2021, rata-rata angka nasional dan Sumatera saat ini sudah mulai mendekati zona positif, sudah di kisaran minus nol koma. Tetapi angka pertumbuhan Lampung masih tetap berkutat di minus dua koma, relatif jalan di tempat dibandingkan capaian pada kuartal sebelumnya.
Masih bisa bertepuk dadakah Pak Gubernur membaca kalimat “Pertumbuhan Ekonomi Lampung berada pada urutan terakhir” yang dituliskan oleh BPS Lampung pada laman mereka yang menyajikan data tentang pertumbuhan ekonomi di Sumatera? Masih terasa tepatkah kebijakan Pak Gubernur menaikkan tunjangan pejabat pemerintah provinsi di awal tahun kemarin setelah data statistik hari ini menunjukkan belum adanya perbaikan yang menggembirakan dari kerja-kerja pembangunan di Lampung?
Angka Kematian akibat pandemi di Lampung juga masih tetap sebesar dua kali lipat rata-rata angka kematian nasional sementara sebaliknya capaian persentase vaksinasi Lampung juga masih berada di bawah capaian rata-rata nasional. Kalau memang ada hambatan karena faktor lain di luar kinerja pemerintah provinsi untuk menurunkan angka kematian dan meningkatkan persentase vaksinasi, jangan malu-malu meminta tolong kepada rakyat. Sampaikan ke publik kalau memang ada pemerintah kabupaten/kota yang tidak bersungguh-sungguh atau malah membangkang, juga pemerintah pusat jika memang benar cenderung mengabaikan kebutuhan Lampung.
Insha Allah rakyat Lampung akan membantu Pak Gubernur melawan siapapun yang menghambat kerja Bapak untuk kemaslahatan rakyat dan kemajuan daerah. Tetapi tentu mesti diberi keteladanan, bukan dengan contoh perilaku yang justru menurunkan kepercayaan publik karena misalnya melihat video Pak Gubernur bernyanyi dan berjoget bersama banyak orang atau melihat foto-foto selfie tanpa prokes (tidak bermasker dan tidak menjaga jarak) yang dipertontonkan orang-orang dekat Pak Gubernur ketika berfoto.
Kegaduhan tentang laporan pertanggungjawaban anggaran yang di gunakan oleh KONI dan serangkaian drama pembahasan LKPJ tentu juga bukan contoh peristiwa yang dapat menumbuhkan optimisme dan kepercayaan rakyat terhadap kepemimpinan dan kinerja Pak Gubernur.
Selamat terus bekerja dengan sungguh-sungguh, semoga pada kuartal II (Q2) di akhir bulan Juni nanti bertepatan dengan peringatan dua tahun masa jabatan Pak Gubernur, kita akan menyaksikan data-data capaian Lampung yang lebih menggembirakan. Aamiin.
Nizwar Affandi
Komentar