Pesawaran (Analisis.co.id) – Pandemi Civid-19 memaksa semua orang untuk bertahan hidup ditengah kondisi yang serba sulit. Asalkan halal, apapun dikerjakan agar menghasilkan uang dan tetap bisa makan. Disini lain, pandemi Covid-19 juga melahirkan kebiasaan baru di masyarakat. Kampanye perilaku hidup bersih selalu didengungkan hingga masyarakat perlahan mengubah kebiasaannya.
Hal itu pulalah yang dialami kakak beradik ini bernama Wiwik (11) dan Iwan (9) memanfaatkan libur sekolah (daring,red) bersama-sama berkeliling untuk mencari rongsokan demi bertahan hidup dan membantu orang tuanya.
Namun berbeda dengan umumnya anak yang membantu orang tua, bocah kakak beradik ini, membantu orang tuanya tidak didalam rumah, melainkan bekerja di luar rumah dengan berkeliling kampung mencari barang bekas alias rongsokan untuk dijual.
Wiwik yang duduk di kelas III SD ini mengaku ikhlas mencari tambahan uang agar pendapatan membantu keluarganya dan keperluan dirinya. Ia juga mengaku tidak malu dengan teman seusianya saat membawa karung berisikan barang rongsokan.
“Saya yang minta ke ibu kalo mau ikut membantu. Kasihan ibu yang sehari-hari mengasuh adik yang masih bayi, jadi saya membantu ibu mencari uang, kan sekarang tidak masuk sekolah,”ujar Wiwi yang ditemani sang adik saat diajak berbincang dengan media ‘Analisis.co.id’ di kawasan Jalan Salahudin Natar, Lamsel, Minggu (15/7/2021).
Wiwik menuturkan, ia dan adiknya (Iwan) berkeliling di wilayah Natar mencari barang rongsokan. Tidak jarang, karung yang ia bawa selalu penuh dengan barang rongsokan.
“Rata-rata sampah yang kami cari dan bawa yang nantinya untuk dijual ialah sampah berupa kaleng bekas, botol bekas, botol plastik bekas, kardus dan lainnya,” kata dia.
Biasanya, kata Wiwik, ia dan adiknya berangkat dari rumah sekitar pukul 08.00 WIB pagi dan pulang ke rumah pada pukul 20.00 WIB.
Sesampainya di rumah, ia lalu membersihkan barang rongsokan yang didapat sebelum dijual ke pengepul ke esokannya.
Sementara ibunya Wiwik, yang tidak mau namanya disebutkan, mengatakan, ia tidak pernah memaksa anaknya untuk membantunya mencarikan barang bekas.
“Tidak mas, saya tidak pernah menyuruh atau meminta anak saya untuk mencari barang bekas. Dia sendiri yang ingin membantu,” katanya.
Wiwik sendiri, kata Ani, tidak setiap hari kerja mencarikan barang bekas. Melainkan hanya setiap hari libur sekolah seperti saat ini. Dan hasil penjulan rongsok itu untuk kebutuhan anaknya sendiri, seperti menambung, fotocpy buku sekolah dan jajan anaknya.
Dalam sehari, kata Ani, barang bekas yang ia kumpulkan bisa mencapai 25 sampai 30 kg. Meskipun begitu, penghasilan yang ia dapatkan dari hasil menjual barang bekas tidak lebih dari Rp50 ribu.
“Alhamdulillah walaupun tidak besar, tapi bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari wiwik sehingga tidak meminta kepada orang tua lagi,” ucapnya.(Zainal)
Komentar