Bandar Lampung – Soal dugaan adanya uang pelicin untuk menjadi Dosen tetap bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Universitas Islam Negeri (UIN) Lampung ditepis oleh Kepala Bagian (Kabag) Humas.
Kabag Humas UIN Tahyatul mengatakan, bahwa dugaan tersebut tidak benar informasinya. Dan pihaknya membuka peluang kepada siapapun untuk melaporkan jika hal tersebut dapat dibuktikan.
“Saya membuka peluang kepada siapa pun , soal dugaan tersebut jika benar dapat dibuktikan dengan syarat atau mekanisme nya, jangan sampai menimbulkan informasi yang tidak benar ke masyarakat , karena pihak UIN pun sejauh ini tidak ada yang ditutup – tutupi, “kata Tahyatul saat dihubungi analisis.co.id.
Ia menambahkan, jika Universitas ini sedang tumbuh pesat di kota Bandarlampung , wajar saja jika diterpa isu seperti itu.
“Kita ketahui UIN saat ini sedang tumbuh pesat, jadi ketika ada kritik dan saran kami pun berterima kasih dan menerimanya, namun kalau bisa memberi masukan yang sifatnya dapat membangun pertumbuhan Universitas kami , “pungkasnya
Dilansir dari INILAMPUNG.COM- Selain disebut curang, semua titipan dan mainan pejabat dan petinggi di UIN Raden Intan yang sudah diumumkan lulus rekrutmen calon dosen tetap bukan PNS itu, belakangan juga disinyalir, adanya calo dan orang-orang yang lulus karena membayar Rp.100 juta.
Namun demikian, sejumlah calon dosen yang tidak lulus pada tes dan rekrutmen tanpa tolokukur penilaian, yang dianggap tidak transparan itu, enggan dijadikan narasumber.
Termasuk sejumlah nama yang disebut mereka, lolos karena diduga mengeluarkan uang suap.
Seperti misalnya, Sisca Novalia dan Idrus Alghifari, nomor urut 38 dan 39 dari 72 nama yang lolos sebagai dosen tetap bukan PNS itu.
Keduanya, hingga berita ini diturunkan, Kamis, 16 Desember 2021, belum bisa dikonfirmasi tentang apakah mereka mengeluarkan uang pelicin pada salah satu petinggi di UIN Raden Intan atau memang hanya karena titipan pejabat saja.
“Kalau murni, jelas tidak mungkin, untuk formasi Asisten Ahli Dosen Hukum Perdata dan Hukum Pidana itu, banyak yang melamar dan memang terkenal anak-anak cerdas,” kata Heriansyah.
Begitu juga Helmi, salah satu wisudawan dan lulusan terbaik pascasarjana UIN Raden Intan yang tidak lolos, juga enggan jadi narasumber. Dia lebih memilih menerima. “Sudahlah, mungkin bukan rezeki kita di situ,” ucap dia singkat.
Jupri, mantan KPU Mesuji yang lolos sebagai Asisten Ahli Dosen untuk Bahasa Indonesia, banyak disebut diterima bukan karena suap, melainkan memang dianggap mampu, sekaligus aktif di GP Anshor.
“Titipan juga tidak cukup, apalagi hanya modal aktif di NU. Setor juga, Mas,” kata Agung, peserta tes yang gagal diterima.
Sejumlah nama yang lolos memang, selalu punya hubungan dekat dengan dosen atau pejabat di UIN Raden Intan.
Komentar