Sapriondi adalah seorang pria yang penuh karisma. Dikenal tegas dan berwibawa, ia menjalani perannya sebagai Ketua Badan Pengawas Pilkada (Bawasda) Kabupaten Piringcawu dengan disiplin tinggi.
Warga menghormatinya, dan nama Sapriondi identik dengan integritas dan kejujuran. Namun, ada sesuatu yang disembunyikan dari balik layar: hubungan terlarang dengan Emaliya Gomez, seorang Panitia Pengawas Kecamatan yang juga bekerja dalam tim pengawasan Pilkada.
Awalnya, percakapan mereka hanyalah seputar pekerjaan. Namun, lambat laun, hubungan itu berkembang menjadi pertemuan-pertemuan yang tidak lagi sekadar profesional. Rangkaian pesan, foto-foto, dan percakapan larut malam antara keduanya mulai mencerminkan sebuah hubungan asmara yang tak terucapkan. Mereka tenggelam dalam asmara yang seharusnya tak pernah ada.
Berawal dari canda, percakapan hingga saling memadu kasih di Hotel Bandar Ngapung menjadi rutinitas keduanya meski harus mencuri waktu.
Akhirnya Sebuah rahasia yang terjaga erat terbongkar. Awalnya, hanya desas-desus yang beredar di kalangan terbatas, tetapi setelah sebuah postingan mesra mereka muncul di media sosial Sapriondi, segalanya menjadi jelas. Walau postingan itu segera dihapus, jejak digitalnya telah terekam, dan publik segera bereaksi.
Media lokal dan tokoh masyarakat mulai membicarakan skandal ini. Suara-suara dari orang-orang berpengaruh di Piringcawu, seperti Din Bacut, Lek Parno, dan Waldono, membuat riak kecil itu menjadi gelombang besar yang menghantam reputasi Sapriondi.
Din Bacut dikenal sebagai sosok yang lantang dalam memperjuangkan keadilan di Piringcawu. Ketika skandal ini mencuat, ia adalah orang pertama yang bersuara lantang.
Di tengah rapat darurat Bawasda, ia dengan tegas menyatakan bahwa skandal ini telah merusak marwah penyelenggara Pilkada. Bagi Din Bacut seorang Ketua Bawasda seharusnya menjadi teladan yang tak hanya bertugas menjaga aturan Pilkada tetapi juga menjaga moralitas dan integritas.
“Apa artinya kita mengawasi Pilkada jika pemimpinnya tak punya moral? Sapriondi harus dicopot! Tidak ada tempat bagi sesorang penyelenggara yang cacat moral di lembaga ini!” teriaknya, menggema di seluruh ruangan.
Suara lantang Din Bacut menjadi pengingat keras bagi semua anggota Bawasda tentang tanggung jawab moral yang mereka emban. Ia menuntut agar Bawasda Provinsi Lontong dan Dewan Kehormatan Pilkada (DPP) segera mengambil tindakan tegas.
Senada dengan Din Bacut, Lek Parno, seorang veteran yang dihormati di Piringcawu, memiliki pandangan yang lebih tenang tetapi tajam. Ia melihat skandal ini dengan kesedihan mendalam, kecewa pada lembaga yang dulu ia hormati sebagai penjaga keadilan.
“Sapriondi itu pemimpin, dan pemimpin harus menjaga kehormatan. Kalau seperti ini, ke mana lagi masyarakat akan menggantungkan harapan mereka?” ujarnya dengan lirih saat diwawancarai.
Menurut Lek Parno, skandal Sapriondi dan Emaliya Gomez mencerminkan adanya kelonggaran disiplin yang tak bisa ditoleransi. Ia mengkritik Bawasda Provinsi Pimpinan Sikardo Sanggar yang dianggapnya tidak bergerak cepat untuk menangani isu ini dan seolah membiarkan kehancuran moral ini menggerogoti lembaga tersebut.
“Seharusnya Sikardo sebagai Ketua Bawasda Provinsi harus segera memecat Sapriondi karena ini telah membuat malu daerah kita sebagai kota santri. Belum lama ini kita dibuat malu dengan kasus calon kepala daerah dugem ini muncul lagi perselingkuhan penyelenggara Pilkada,”cetus Lek Parno.
Waldono, seorang pemuda yang selama ini aktif di bidang sosial dan sering mengkritik para pejabat, juga tak bisa diam. Sebagai tokoh pemuda yang sering menyuarakan keadilan, ia merasa skandal ini telah menghancurkan kepercayaan publik. Dalam sebuah orasi di alun-alun Piringcawu, Waldono dengan tegas menyatakan sikapnya.
“Sapriondi telah mencemari kepercayaan kita semua! Jika kita membiarkan ini, apa artinya Pilkada yang adil dan jujur? Kita menuntut agar Sapriondi dan Emaliya Gomez segera diberhentikan! Jangan biarkan orang seperti mereka mencoreng nama baik lembaga Pilkada kita!” ucapnya dengan nada geram.
Sorakan dari para pemuda yang mendengarkan orasi Waldono semakin menguat, menunjukkan betapa skandal ini telah memengaruhi persepsi masyarakat terhadap Bawasda.(bersambung)
Komentar