oleh

Jaksa Untung Latak Litung

-Din Bacut-464 views

Di Provinsi Latak Litung, pergantian kepala kejaksaan sudah seperti ganti oli motor ojek online, rutin, tapi mesin tetap ngempos. Baru saja masyarakat menaruh harapan kepada Kustandi, seorang jaksa bertabur prestasi (setidaknya menurut media yang iklannya dibayar lunas).

Tahu-tahu pria itu dipromosikan ke provinsi sebelah, sebelum tinta tanda tangannya sempat kering di berkas-berkas kasus besar.

Pengganti Kustandi,  Nanang Riyo, pria dengan postur tambun jaksa anyar yang konon katanya lebih tegas, lebih bersih, dan lebih rajin lari pagi, berharap berkurang bobot berat badan.

Tapi rakyat sudah lelah percaya. Di Latak Litung, percaya pada janji penegakan hukum itu sama rasanya seperti menunggu tahu bunting lahiran atau menunggu kambing menikah dengan ubur-ubur, konyol dan mustahil.

Tak ada perubahan, Latak Litung tetap saja suram.Kasus-kasus besar tetap berdebu di sudut kantor kejaksaan.

Kasus korupsi Lembaga penelitian di Kampus Negeri Latak Litung? Sudah masuk tahun keempat, statusnya seperti hubungan tanpa kejelasan, dilanjutkan sakit tapi ditinggal kok masih sayang.

Rektor kampus mengaku bersih, tapi membiarkan suami menjadi calo proyek kampus dengan mengutip uang setoran, dan kasus itu terjadi saat Rektor menjadi kepala lembaga penelitian apa iya tidak terlibat.?

Desas-desus mengatakan, perkara ini mandek karena salah satu petinggi kejaksaan sedang menuntut ilmu doktoral di kampus itu. Belajar sambil menutup mata atas ketidakadilan, agaknya.

Lebih absurd lagi soal pembangunan masjid megah di kampus yang sama. Masjidnya sudah bocor di musim hujan pertama, tapi kasusnya bocor ke tempat lain sebelum sempat ke meja hijau.

BUMD Latak Litung? Wah, itu sudah seperti cerita rakyat. Puluhan miliar hilang entah kemana, uang sitaan katanya ada, tapi keberadaannya misterius. Ada yang bisik-bisik, uang itu malah didepositokan diam-diam  dan bunga depositonya cukup untuk traktir nasi Pandang Seraso Nambo Duo milik Uni Lela ,

Baca Juga:  Mutasi Pesanan Faksi

Dipastikan satu kantor kejaksaan tiap Jumat pasti kebagian, yah bukan Cuma uang korupsi saja yang dibagi, nikmatnya nasi pandang Uni lela pun mereka sepakat berbagi.

Kembali ke BUMD Latak Litung, dari informasi jurnalis kawakan setempat, Rosi Kawakawa mantan pemabuk yang hijrah karena pernah mabuk kawa-kawa dengan meminum botolnya dan membuang isinya.

“Uang itu diduga masuk deposito bank plat merah, tiap bulan mereka mengambil bunganya. Aneh memang menyita barang bukti kan biasanya operasi tangkap tangan. Yang kasihan kan senior saya jurnalis yang mantan wakil bupati itu, jam mewahnya disita, dan kasihan juga sih istrinya masih menjabat sebagai kepala dinas,”ungkap Rosi.

Bidang olahraga? Lebih lucu lagi. Sudah ada tersangka, katanya si Bagus Cahanom dan Pranco Nursoto. Tapi hingga tahun keempat, keduanya masih jogging bebas di Lapangan Gubernuran tiap sore. Sementara kabarnya, ada beberapa pejabat olahraga lain yang diam-diam juga sudah ditetapkan sebagai tersangka, namun kejaksaan memilih bungkam, seperti maling ayam yang pura-pura tuli.

Buruknya kinerja Kejaksaan menjadi buah bibir empat sekawan yang tidak pernah sekawin.

Keempatnya langsung chemistry dengan pemilik Kedai Kopi Slemon (Sekali Minum Langsung Move On), kopi pekat tanpa ampun yang langsung menampar akal sehat. Kudapannya? Tahu Bunting: tahu isi kecambah dan potongan-potongan berita korupsi yang dipetieskan.

Dek Yanti janda gemoy mantan TKW Arab, mengelola kantin dengan konsep yang sederhana tapi jenius, Kedai sederhana dengan meja dan kursi bekas barang bukti korupsi yang tidak jelas status hukumnya.

“Barang bukti itu kan kasihan kalo nganggur,” kata Dek Yanti dengan mata berbinar sambil mengelap meja korupsi bersertifikat.

Di tengah suara kipas angin karatan yang berdengung seperti keluhan rakyat, duduklah Din Bacut, Rusdi Memble, Joni Stokun, dan Mamak Kenyot.

Baca Juga:  Skandal Cinta Kadis Kominfo

Mereka berbicara dengan bahasa tubuh. Mimik kecewa, helaan napas panjang, dan tawa getir saat membaca berita-berita baru dari HP jadul Rusdi Memble.

“Kasus kampus?” kata Din Bacut, sambil mencomot tahu bunting. “Kayaknya udah masuk museum.”

“Kasus BUMD?” timpal Joni Stokun, menyeruput kopi Slemon. “Kayaknya dipajang di pameran barang hilang.”

“Kasus olahraga?” tambah Mamak Kenyot, mengaduk-aduk kopi dengan sendok bengkok. “Kayaknya mereka lagi sibuk bikin event lari estafet.nyebrangin tanggung jawab.”

Rusdi Memble hanya terkekeh, mengangkat cangkir kopinya tinggi-tinggi seolah bersulang, “Untuk keadilan yang hilang entah kemana!”

” memang Paling Untung Jadi Jaksa di Latak Litung,”sergah Dek Yanti

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed