Bandar Lampung – Wabah Korona yang tak kunjung reda dan semakin bertambahnya warga Lampung yang terpapar, secara otomatis menimbulkan rendahnya daya beli masyarakat.
Adanya dampak tersebut juga berimbas terhadap omzet pedagang di Pasar Way Halim. Darsinal salah satu pedagang sembako menuturkan bagaiamana caranya Ia mensiasati agar mampu bertahan dalam kondisi Pandemi.
Meski kondisi semakin sepi, namun tak ada pilihan lain bagi Darsinah untuk bertahan kecuali tetap membuka lapak dagangnya.
“Di masa pandemi ini gimana cara nya kita bisa bertahan , kalau di bilang sepi ya sepi, apalagi sekarang jarang yang belanja, banyak masyarakat saat ini dapat bantuan sembako di kondisi saat ini, “keluh Darsinah saat di wawancara media di Pasar Perumnas Way Halim, Bandar Lampung. Selasa (24/11).
Rendahnya daya beli masyarakat sambung Darsinah, disebabkan juga adanya kenaikan sejumlah harga sembako, seperti minyak goreng.
” Apalagi sekarang harga sembako mulai naik, yang terlihat sangat menonjol kenaikan nya di minyak goreng, biasa harga beli Rp.20 ribu untuk yang 2 liter sekarang jadi harga Rp. 25 ribu, mau jual lagi berapa, di kira pembeli kita jual seperti main main, tapi kenyataannya memang saat ini harga minyak naiknya jauh dari yang sebelumnya , “ungkapnya.
Kendati demikian, Darsinah mengaku jika bukan hanya Pedagang yang mengalami keterpurukan dalam kondisi wabah. Para pekerja juga mengalami PHK, alhasil itu berakibat juga dengan rendahnya daya beli.
” Saat ini bukan para pedagang saja yang terkena dampak dari covid19, tapi di luar sana banyak yang terkena PHK, bahkan pedagang saja sudah ada yang tutup, karena pemasukan gak ada, pengeluaran terus mengalir seperti tagihan sales, buat makan, sekolah anak dan yang lain-lain, “Jelasnya.
Darsinah berharap, masa pandemi cepat berakhir, dan Hidup normal tanpa berdampingan dengan covid19.
” Saya berharap masa pandemi ini cepat berakhir, dan kita bisa hidup normal tanpa berdampingan dengan covid19, orang yang di PHK bisa bekerja lagi, toko yang bangkrut bisa bangkit lagi,” tandasnya.(Agung Kurniawan)
Komentar