Desa Negeri Onyah sedang ramai, beredar kabar LSM Om Supardi akan memperingati ulang tahun yang ketiga.Spanduk dan umbul-umbul terpampang dari ujung Desa sampai depan kantor LSM No Cis No Do.
Tiga tahun yang lalu, LSM Om Supardi deklarasikan di alun-alun desa yang saat itu juga dihadiri Kades Juned. Visi-misi Kades Juned Dapat Penghargaan LSM No Cis No Do, layaknya lembaga yang tumbuh bak jamur di musin penghujan dengan mengusung semangat anti korupsi, meski dalam prakteknya LSM No Cis No Do justru terlihat trengginas dalam memback up kegiatan Kades Juned, yach proyek-proyek desa selalu Om Supardi dapatkan dengan memanfaatkan kedekatan dengan kades Juned.
“woy Lek parno mau kemana, singgah pay lek.”teriak Din Bacut saat melihat pria berperawakan kekar dan hitam tengah berjalan tergesa-gesa.
Sontak pria pensiunan guru ini berhenti dan menghampiri Din bacut yang sedang asyik minum kopi di warung mbak Sum.
“Buru-buru saya ini Din, nanti telat. Saya mau kantor LSM No Cis no Do mau Lihat persiapan Ulang tahun LSM nya Om Supardi.Apa kamu gak lihat Din umbul-umbul sepanjang jalan sudah berkibar.”kata Lek Parno.
“Wah bakal rame dong Lek, biasanyan kan kalau LSM Om Supardi Ulang tahun selalu ramai, semua orang terpandang di Desa kita hadir semua. Siapa sih Lek yang gak kenal dengan LSM No Cis No Do punya Om Supardi.”cetus Din Bacut.
“ Nah itu kamu tahu Din, kalau untuk Ultah yang sekarang Din lebih heboh. Kades Juned bakal di kasi penghargaan sama Om Supardi karena jasanya Kades Juned untuk Desa kita ini, apalagi program Kades Juned yang meniru program pusat itu Din, kalau gak salah Kartu Pak Tani Berdaya,”ujar Lek Parno.
“Maksudnya gimana kidah Lek, belum paham saya ini, jelasin dulu.”pinta Din Bacut.
“Kamu ini Din, kalau kata anak milineal Kudet. Kurang Update, Kades Juned bakal di kasih penghargaan sama Om Supardi karena sudah sukses membuat program kartu-kartuan itu Din.Yah selain kades Juned, ada juga Pak Kadus, kepala lingkungan, RT dan RW juga dapat penghargaan Din dari Om Supardi, pokoknya sip lah LSM No Cis No Do ini Din,”berapi-api Lek Parno.
“Hoh, kalau kartu itu Lek, saya tahu. Kan tujuannya agar petani di Desa Negeri Onyah ini sejahtera, harga stabil, pupuk aman pokok nya semua untuk petani lah kartu itu. Tapi kan nyatanya beda Lek, sekarang musim tanam Lek apa Lek Parno sudah dapat pupuk, apa harga-harga hasil bumi yang kita jual ke kota sudah pantas Lek.”sergah Din Bacut.
Sejenak Lek Parno terdiam dan berfikir keras, apa yang dikatakan Din Bacut ada benarnya. Sampai dengan hari ini ladang warisan orang tua yang hanya setengah hektar belum dipupuk, sementara seminggu yang lalu saat menemani Ali Bekot menjual singkong ke kota, hampir saja mereka berdua rebut dengan tengkulak Bang Toris, karena harga Singkong hanya Rp 500 perak perkilo itupun belum di hitung potongan.
“Wah kok jadi melamun Lek Parno ini,”tegur Din Bacut.
“Iya Din benar juga apa yang kamu bilang Din, kok sampai norak gitu ya Din, Om Supardi menjilat Kades Juned. Sampai kasi penghargaan segala, apa iya Om Supardi itu gak lihat kondisi yang sebenarnya. Miris ya Din.”nanar mata Lek Parno.
“Nah baru sadar kan Lek Parno, kalau soal kasi penghargaan itu hak nya Om Supardi sama LSM No Cis No Do Lek, tapi paling tidak penghargaan yang diberikan sebanding dengan capaian programnya Lek. Ingat Lek semua akan di hisab dan dimintai pertangungjawaban nanti di akhirat,”meletup-letup Din bacut menirukan ceramah Ustad Kondang di You Tube.
Lek Parno kembali merenung ,tapi tangannya cekatan menyambar rokok Din Bacut, dalam sekali hisapan rokok Lek Parno. Tahun lalu harga hasil bumi ditingkat petani anjlok dan tahun ini tidak ada perubahan.Pupuk langka, singkong harganya hancur. Tak habis fikir Lek Parno dengan penghargaan yang diberikan Om Supardi, sangat berbeda dengan kenyataan yang ada.
“Gaya Lek Parno ini melamun, tapi tanganya gesit bener ngambil rokok saya, Jadi gimana Lek, Jadi Lek Parno ke Kantor Om Supardi,?.
“Ay enggaklah Din, saya kok jadinya miris. Bener yang kamu bilang, penghargaan itu kayaknya gak sesuai dengan kenyataan. Saya di sini ajala Din, sekalian pesenin kopi ya Din, bayarin juga sekalian, maklum Din buntu.”pinta Lek Parno.
“Hoh!, Lek Parno ini gak berenti buat saya rugi, Mbak Sum buatin Lek Parno ini Kopi kayak biasa nanti masukin bon saya aja Mbak Sum.”kata Din Bacut.
“Aguy kidah kamu juga ngutang ya Din, kalau gitu kita ini sama-sama buntu ya din hahaha,”terbahak-bahak Lek Parno tertawa.
“Biar buntu asal sombong Lek haha, dan ingat Lek Jangan panjang amat Lidah bahaya, nanti mudah jadi penjilat Lek Parnonya.(BG)
Komentar