Bandarlampung (Journal): Provinsi Lampung terus berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dalam RPJMN 2020-2024 ditargetkan meningkat rata-rata 6% per tahunnya hingga 2024.
Oleh sebab itu, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengajak PT. Pelindo II, Bea Cukai Lampung dan para pelaku usaha untuk meningkatkan ekspor dan mengendalikan impor di Provinsi Lampung.
Hal tersebut disampaikan Gubernur Lampung Arinal Djunaidi dalam acara coffee morning bersama jajaran pimpinan PT. Pelindo II, Bea Cukai, dan pelaku usaha, di Container Freight Station (CFS) IPC, Pelabuhan Panjang, Bandarlampung, Senin (9/3/2020).
“Atas nama Pemerintah Provinsi Lampung, Gubernur Arinal, menyambut baik diselenggarakannya acara coffee morning ini sebagai wahana untuk sinergitas Pemerintah Daerah, PT. Pelindo II, Bea Cukai, dan pelaku usaha guna meningkatkan ekspor dan mengendalikan impor di Provinsi Lampung,” ujar Gubernur Arinal.
Gubernur Arinal menjelaskan Provinsi Lampung memiliki banyak potensi untuk mengejar target pertumbuhan.
“Lampung memiliki sumber daya alam (SDA) yang sangat bagus dan potensial. Dan sekarang Lampung sudah didukung transportasi sebagai penghubung ekonomi dalam kepentingan terkait dengan ekspor. Diharapkan ini suatu kejayaan untuk menuju Lampung Berjaya di masa mendatang,” jelas Gubernur Arinal.
Menurut Gubernur tidak ada komoditas sektor pertanian Lampung yang tidak masuk 10 besar Nasional. “Kita penghasil singkong nomor satu dunia, dan komoditi lainnya. Tapi kenapa kita masih melakukan impor?” ujar Gubernur.
Saat ini penduduk di Lampung 9,7 juta jiwa. Sebagian besar petani. “Kalau disuruh milih antara rakyat dan pengusaha, pasti saya pilih rakyat. Kita lebih baik ekspor dari pada mengambil keuntungan di tengah kesulitan rakyat,” tegas Gubernur.
Untuk itu, Gubernur Arinal menyampaikan komitmennya meningkatkan ekspor dan melakukan pengendalian impor. Hal itu juga sejalan dengan visi dan misi Pemerintah Provinsi Lampung yaitu “Rakyat Lampung Berjaya. Aman, Berbudaya, Maju, Berdaya Saing, dan Sejahtera”.
Pemerintah Provinsi Lampung sendiri juga terus menggalakkan peningkatan perekonomian daerah dengan diversifikasi produk (menganekaragamkan) dan hilirisasi (peningkatan nilai tambah) produk ekspor.
Diversifikasi ekspor tidak hanya dilakukan dari sisi produk, tetapi juga memperluas negara tujuan ekspor.
“Untuk mendukung target tersebut, para stakeholder di Provinsi Lampung, dalam hal ini pemerintah daerah, instansi terkait, eksportir, dan importir perlu adanya penetapan target dan arah kebijakan secara nasional dan daerah,” ujar Gubernur.
Hal tersebut akan dijadikan Gubernur acuan bagi daerah mulai dari Provinsi, Kabupaten / Kota, sampai tingkat desa.
Lebih lanjut, Gubernur Arinal menjelaskan bahwa di era Globalisasi ini di mana persaingan semakin kompetitif serta dunia industri yang sudah memasuki Era 4.0, maka Lampung harus dapat bersaing dengan produk-produk luar.
Komoditas unggulan ekspor seperti CPO, nanas, kopi robusta, lada hitam, udang beku, karet, molases, kakao, dan kelapa harus dijaga kualitasnya.
Berdasarkan data BPS Provinsi Lampung, kinerja perdagangan luar negeri Provinsi Lampung, pada tahun 2019 ekspor mengalami penurunan sebesar -15,14% dengan nilai 2,93 miliar USD dan impor mengaIami peningkatan sebesar 0,83 % dengan nilai 2,85 miliar USD. Kondisi tersebut menghasilkan surplus sebesar 84,32 juta USD.
“Ini harus kita balik, ekspor harus diprioritaskan dibandingkan dengan import. Kalau import dilakukan ketika emergency. Untuk itu diperlukan sinergitas dari seluruh pemangku kepentingan,” ujarnya.
Arinal juga akan mengambil langkah dalam menyiapkan lahan, supaya Pelabuhan ini tidak dicampur adukkan pemanfaatannya untuk komoditas ternak.
“Lampung akan menjadi lumbung ternak nasional, kalau tidak disiapkan pelabuhannya, maka nantinya akan menyebabkan masalah,” tambah Gubernur Arinal.
Mengenai hasil kinerja ekspor yang kurang baik pada masa sebelumnya disebabkan oleh melemahnya perekonomian global yang menyebabkan berkurangnya permintaan dari luar negeri sehingga beberapa komoditi ekspor seperti CPO, udang, karet, dan lada hitam mengalami penurunan.
Impor meningkat pada tahun lalu disebabkan oleh adanya impor migas yang mengalami peningkatan.
“Pemerintah Provinsi Lampung telah berupaya membuka peluang ekspor bagi produk khas Lampung yang dihasilkan oleh UKM / IKM yang berdaya saing, mengupayakan hilirisasi dan diversifikasi produk, dan penambahan pasar ke negara-negara baru (non tradisional) seperti Afrika, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Amerika Selatan,” jelas Gubernur.
Melalui Coffe Morning ini, Gubernur berharap pengusaha dapat melakukan ekspor melalui Pelabuhan Panjang dan terjalin keselarasan dan koordinasi yang baik antara para pelaku usaha, Pelindo II, Bea Cukai, dan Pemerintah Daerah, serta dapat meningkatkan kelancaran demi peningkatan ekspor di Provinsi Lampung. (Adpim)