Suasana pagi ini di Desa Negeri Onyah, begitu sepi dan muram. Angin diam, seperti tertahan oleh suatu duka yang mendalam. Dibalut mendung tebal yang berarak pelan.
Kicau burung dan kokok Ayam pun seolah malas mengusik warga Desa negeri Onyah. Bahkan tak terlihat adanya lalu-lalang para manusia yang saban hari menjalani takdir sebagai peniup terompet-terompet kehidupan. Benar-benar tidak ada, Sepi.
Ingatan Lek Parno melambung jauh dua tahun lalu, saat Kades Juned sibuk bersosialisasi akan mencalonkan diri menjadi kepala desa Negeri Onyah. Pantas saja, gumam Lek Parno, Kades Juned risih jika warga sibuk bertanya soal anjloknya harga singkong, sebab saat pencalonan dulu, Kades Juned menjadi bahan tertawaan warga saat adu argumen dengan calon lain.
Pertanyaan cepat Mang Jawir soal singkong, cepat di jawab Kades Juned dengan Singkong Goreng.Sontak jawaban itu menjadi bahan tertawaan warga.
“Mas, dingin loh kopi sama singkong gorengnya, kok di anggurin aja Mas,”cetus Yuk Siti menegur Lek Parno, suaminya.
“Ah kamu Dek, buat saya kaget aja, tumben ada singkong goreng biasanya Cuma kopi tok. Apa karena singkong murah sekarang.”jawab Lek Parno.
“Ah Mas ini bisa aja, kalau soal harga emang udah lama Mas turun, bukan singkong aja kan.”kata Yuk Siti.
Kembali Lek Parno terdiam, benar ucapan istrinya bukan hanya harga jual singkong yang turun, beberapa harga hasil pertanian juga mengalami nasib serupa. Tapi tetap saja Kades Juned tak mampu menepati janji saat Pilkades dahulu.
Kartu Pak Tani Bergaya, yang digadang-gadang Kades Juned mampu mengatasi kesulitan pupuk, memberikan kepastian harga kepada petani justru memble tak mampu berbuat apa-apa dengan kesulitan yang di alami petani desa Negeri Onyah.
“Aku suka jaipong kau suka disko, Oh oh oh oh ,Aku suka singkong kau suka keju
Oh oh oh oh, Aku dambakan seorang gadis yang sederhana, Aku ini hanya anak singkong, Aku hanya anak singkong.”keras Din Bacut bernyanyi langsung mengambil tempat di depan Lek Parno.
“ Ndak usah nyindir Din, mentang-mentang saya sarapannya singkong goreng, kamu terus nyanyi itu, maksudnya apa Din.”sungut Lek Parno melihat kedatangan Din Bacut.
“ Ay kidah, Lek Parno ini laju baperan amat, saya juga seneng Lek singkong Goreng, Yuk Siti kopi nya Yuk, jangan manis amat ya Yuk Siti, teriak Din Bacut sambil melongok ke dalam rumah Lek Parno.
“Lek Parno santai bener pagi ini Lek, apa Lek Parno gak berangkat ke sawah.”Tanya Din Bacut.
“Ndak din, males saya, lagian ngapain ke sawah kalau pupuk aja ndak ada. Mau ke kebun belakang juga males, kamu tahu sendiri kan singkong di kebun belakang belum saya cabut, daripada rugi mau saya jual kok ya harga murah amat.”keluh Lek Parno.
“ Wah kan ada Kartu Pak Tani Bergaya Lek, kan sesuai janji Kades Juned, kalau pakai Kartu itu semua beres res res. Apalagi Cuma harga singkong, lapor aja sama Kades Juned saya yakin selesai masalah Lek Parno.”ujar Din Bacut.
“ Kartu opo, Kartu Pekok, Kades podo pekok, lah kartu-kartuan itu Din kan sudah mau dua tahun ini berjalan, apa iya sudah bisa memberikan kepastian benih, bibit atau pupuk yang sekarang kayak hantu bisa bilang pupuknya.”
“Kartu Pak Tani Bergaya itu apa iya Din sudah memberikan kepastian pasar produk pertanian dengan harga yang menguntungkan petani Desa kita ini, coba jawab Din.
“Wah kenapa jadi Lek Parno marah sama saya kidah Lek, Coba sana Lek Parno Tanya langsung sama Kades Juned kenapa harga singkong kok anjlok amat Lek, Sekalian tanya juga, sampai sejauh mana kesaktian Kartu Pak Tani Bergaya itu Lek.”tegas Din Bacut menjawab Lek Parno.
“ Bukan saya marah sama kamu Din, tapi saya kesel aja, jadi Kades kok yo pekok, bisanya Cuma marah sama ngumbar janji aja.”
“Kalau soal disuruh nanya Din, kemarin sudah ditanya sama anak-anak karang taruna, lah Kades Juned malah kabur, anak-anak itu malah disuruh tanya sama ketua kelompok tani Mas Kusmadi. Bingung saya Din, Kades Juned itu kan dulu sekolahnya pertanian juga, masa iya kok pekok amat, ditanya malah kabur.”sergah Lek Parno.
“Jangan-jangan Kades Juned itu Lek, alergi sama singkong, Lek Parno masih ingat gak waktu Kades Juned Nyalon dulu, terus jadi tertawaan warga desa, pas mang Jawir nanya, langsung Kades Juned jawab Singkong goreng, mungkin Kades Juned belum bisa move on Lek dari kasus singkong goreng, hahaha,”lepas tawa Din Bacut.
“Bisa jadi Din, itu tadi yang jadi lamunan saya, sampai kapan kita ini terus-terusan kena PHP si Juned, kalau terus begini Din.”
“Yang sabar aja Lek, ambil positifnya saja, mungkin sudah nasib kita punya pemimpin zholim Lek, sabar aja Lek,inget kata pak ustad memed, Sesungguhnya Allah bersama orang orang yang sabar Lek, anggap aja ini ujian buat kita dapat pemimpin seperti Kades Juned.”(Bung)
Komentar