oleh

Suci Dalam Pikiran, Perkataan dan Perbuatan

-Opini-121 views

Besok tepatnya tanggal 14 Agustus 2025 bangsa kita akan memperingati Hari Pramuka ke-64, dengan tema “Kolaborasi untuk Ketahanan Bangsa”.

Pramuka tidak hanya identik dengan baris-berbaris, kemah, atau tali-temali, melainkan juga pembentukan karakter melalui pedoman luhur yang disebut Dasadarma.

Dari sepuluh nilai yang terkandung, Dasadarma ke-10 berbunyi “Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.”

Nilai ini bukan sekadar slogan yang dihafal anggota Pramuka, melainkan kompas moral yang, jika diamalkan, mampu menuntun seseorang, terutama seorang pemimpin menjauh dari jalan yang menyimpang.

Sejarah membuktikan bahwa kepemimpinan yang berhasil bukan hanya bergantung pada kecerdasan teknis atau kelincahan politik, melainkan pada kemurnian niat dan integritas.

Bung Hatta pernah mengingatkan, “Pemerintah yang bersih hanya lahir dari pemimpin yang bersih.” Begitu pula Bung Karno menegaskan bahwa pemimpin adalah “penyambung lidah rakyat”, yang artinya ia harus menyuarakan kebenaran, bukan kepentingan kelompok tertentu.

Realitas hari ini menunjukkan godaan kekuasaan kerap datang dari lingkaran terdekat, orang-orang yang menawarkan bisikan manis demi keuntungan pribadi.

Dan lingkaran orang-orang yang merasa paling berkeringat saat pemilihan Kepala daerah.

Ketika kepala daerah terbuai oleh saran sesat bisikian orang dekat, kebijakan yang lahir pun jauh dari kepentingan rakyat.

Di sinilah relevansi Dasadarma ke-10 terasa sangat mendesak,suci dalam pikiran berarti berpikir jernih dan objektif, suci dalam perkataan berarti berani berkata benar meski tak populer dan suci dalam perbuatan berarti menolak segala bentuk penyalahgunaan wewenang.

Pemimpin yang mengamalkan prinsip ini akan memiliki kebijakan yang selaras dengan nurani publik.

Misalnya, pengelolaan anggaran daerah yang transparan, keputusan yang berlandaskan data, dan penolakan terhadap nepotisme serta penolakan adanya upaya pemerkosaan terhadap meritokrasi.

Baca Juga:  Bisikan Sesat Orang Dekat

Sebaliknya, mengabaikan prinsip kesucian moral hanya akan melahirkan kebijakan yang cacat dari hulu hingga hilir, dan pada akhirnya merugikan masyarakat.

Ketahanan bangsa yang diangkat sebagai tema Hari Pramuka tahun ini tidak mungkin terwujud tanpa kepemimpinan yang berlandaskan moral.

Karena itu, para kepala daerah hendaknya bercermin kepada pesan Ki Hadjar Dewantara yang sangat terkenal yakni “Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.”

Menjadi teladan di depan, penggerak di tengah, dan pemberi dorongan di belakang hanya bisa dilakukan jika pikiran, perkataan, dan perbuatan tetap suci.

Momentum peringatan Hari Pramuka seharusnya menjadi pengingat bahwa integritas adalah fondasi dari segala kolaborasi untuk ketahanan bangsa.

Tanpa itu, kolaborasi hanyalah formalitas, dan ketahanan bangsa akan rapuh.

“Selamat Hari Pramuka 2025!”
Semangat Pramuka adalah semangat kepemimpinan, kedisiplinan, dan pengabdian tanpa pamrih.

Nilai-nilai inilah yang seharusnya menjadi kompas bagi para pemimpin daerah dalam mengabdi kepada masyarakat .

Memimpin dengan teladan, bekerja dengan ikhlas, dan membangun tanpa meninggalkan siapa pun.

Mari kita jadikan jiwa Pramuka sebagai panduan untuk menciptakan daerah yang lebih maju, bersih, dan berintegritas.

Karena seperti motto Pramuka, Satya Ku Darmakan, Dharma Ku Baktikan ,janji harus diwujudkan, dan pengabdian harus dirasakan rakyat.

Wallahualam Bissawab, Tabik Pun Mahhapun Ngalimpuro.
Oleh : Abung Mamasa
Pemimpin Redaksi Harian Kandidat
Alumni Jambore Nasional 91 Taman Wiladatika, Cibubur.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed