oleh

Pengangguran Daftar Dirut

-Din Bacut-631 views

Kantin Dek Yanti sore itu terasa riuh. Din Bacut meletakkan gelas Kopi Slemon dengan suara cukup keras, membuat semua mata tertuju padanya.

“Dengar kabar terbaru?” seru Din Bacut. “Kursi direktur BUMD sekarang jadi rebutan macam lomba balap karung. Yang daftar bukan cuma pengangguran modal relawan, tapi juga wajah-wajah lama yang pernah bikin BUMD hampir bangkrut.”

Parno Bojoloro langsung nyeletuk, “Siapa saja, Din? Biar jelas kita tahu siapa calon superhero BUMD ini.”

Din Bacut mencondongkan badan, suaranya lebih rendah tapi penuh sindir.

“Pertama, ada relawan tukang parkir. Dulu tiap kampanye kerjanya teriak ‘mundur, mundur!’, sekarang maju jadi calon dirut. Katanya jasa paling besar menjaga motor simpatisan.

Kedua, ada kerabat jauh kepala daerah. Rekam jejaknya? Hanya rajin nongkrong di pos ronda sambil utang rokok di warung.

Tapi modalnya kuat, foto bareng kepala daerah dengan caption ‘sahabat sejati’.
Ketiga, ini yang paling memalukan, eks direktur BUMD lama yang pernah terseret kasus korupsi.

Perusahaan rugi miliaran, proyek mangkrak, bahkan sampai dipanggil kejaksaan. Tapi apa yang terjadi? Sekarang dia mendaftar lagi, percaya diri seolah-olah BUMD itu warisan keluarga.”

Rini Esboncel langsung terbatuk, hampir tersedak es boncel-nya. “Masih berani ya orang seperti itu daftar?”

Din Bacut mengangkat tangan, “Bukan hanya berani, Rin. Mereka malah paling pede. Mereka merasa punya pengalaman ‘pernah jadi dirut’.

Padahal pengalaman yang dimaksud ya pengalaman gagal, pengalaman korup, pengalaman bikin malu daerah. Tapi di negeri ini, kegagalan sering dipoles jadi prestasi. Cukup sebut, ‘saya sudah berpengalaman memimpin BUMD’. Tidak usah disebutkan kalau pengalaman itu penuh noda.”

Sudir Pekok ikut menggerutu, “Lalu yang kompeten bagaimana nasibnya?”

Baca Juga:  Kartu Pak Tani Bergaya Versus Singkong Goreng

“Nasibnya? Jadi penonton,” jawab Din Bacut datar. “Profesional dengan rekam jejak bersih dan visi membangun daerah, dianggap kalah pamor dibanding pengangguran modal relawan dan eks dirut bermasalah.

Padahal merekalah harapan agar BUMD betul-betul jadi mesin ekonomi, bukan mesin ATM kelompok tertentu.”

Jamil Slebew ngakak, lalu menimpali, “Berarti BUMD sekarang sudah resmi jadi Badan Usaha Maling Daerah.”
Semua tertawa. Tapi Din Bacut tak ikut tertawa. Ia hanya menatap kosong ke arah jalan.

“Selama kursi direksi dijadikan hadiah hiburan untuk relawan, kerabat, dan bahkan eks koruptor,” ujarnya pelan tapi tegas, “BUMD kita akan terus jadi sapi perah. Diperah habis-habisan, tapi tidak pernah menghasilkan susu yang menyehatkan rakyat.”

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed