oleh

Legislator Nyambi Kontraktor

-Din Bacut-183 views

Pagi itu, di warung Dek Yanti, janda gemoy mantan TKW Arab yang kini jadi penguasa kopi tubruk se-Badar Lepung, suasana agak berbeda.

Din Bacut, Rudi Semetok, dan Parno Keling duduk melingkar sambil menatap koran Lepung Pos yang memajang foto seorang perempuan dengan senyum separuh dosa.

Legislator dari Partai Golongan Barbar (Golbar), Hesty Frestoti muncul di beberapa portal berita online yang memuat sepak terjangnya dalam mengkondisikan sejumlah proyek revitalisasi di Kota Badar Lepung.

Tak pelak, Hesty pun dikenal kemaruk karena penghasilan sebagai anggota dewan dirasa tak cukup dan nyambi sebagai kontraktor.

“Wah, ini toh yang lagi viral. Hesty Frestoti, anggota DPRD fraksi Golbar yang katanya ngurus proyek revitalisasi sekolah tapi malah revitalisasi rumah tangga orang,” ujar Din Bacut sambil menyeruput Kopi Slemon, minuman legendaris yang katanya bisa bikin lidah lebih tajam dari surat panggilan BPK.

Rudi Semetok nyeletuk, “Katanya pelaksana lapangannya tuh suaminya sendiri, tapi siri. Namanya Yambi Mangkujanda. Sungguh cocok, tinggal bikin KTP ‘Mangku Cinta’ sekalian!”

Dek Yanti yang dari tadi ngelap meja sambil dengerin gosip itu cuma senyum. “Hesty itu pelanggan lama, Bacut.
Dulu sering nongkrong di sini, Tapi semenjak jadi anggota dewan, datangnya cuma kalau wartawan udah pergi.

Mungkin takut Kopi Slemon bikin lidahnya ngomong jujur.”

Cerita itu makin panas setelah terkuak bahwa beberapa kepala sekolah di Badar Lepung tiba-tiba kehilangan kendali atas proyek revitalisasi sekolah mereka.

Pekerja lokal yang baru seminggu cor pondasi, disuruh berhenti. Yang datang gantiin? Orang-orang Yambi Mangkujanda, bawa surat ‘arahan’ dan sikap seperti mandor sorga.

“Yang kerja disuruh bubar, katanya biar seragam sistemnya. Padahal maksudnya: seragam dompetnya,” kata Din Bacut sambil membolak-balik koran.

Baca Juga:  Pak Derman Gugat Cerai Walikota

Dinas Pendidikan pun disebut-sebut turut memberikan “sinyal moral” agar semua sekolah patuh pada arahan Hesty. Kata yang dipakai “koordinasi”, tapi di lapangan rasanya lebih seperti koordinasi berbayar.

Hesty Frestoti memang sudah dikenal publik Badar Lepung bukan karena prestasi, tapi karena kombinasi maut,wajah glowing, senyum politikus, dan kisah asmara yang berlapis-lapis kayak proyek bertingkat.

“Katanya si Yambi tuh dulunya tukang cat di proyek DPRD, tapi gara-gara sering bantu Hesty, langsung naik jabatan jadi pelaksana lapangan proyek sekolah, sekaligus pelaksana proyek di dalam celana,” celetuk Rudi.

Parno menimpali, “Bukan cuma cat, Rud. Sekarang dia ngecat ulang hati Hesty juga. Makanya proyeknya licin semua.”
Berita sidak dari Komisi IV makin menambah bumbu.

Ketua Komisi IV, Masroni Pasrah, ngomel di televisi lokal:
“Kami menemukan banyak kejanggalan. Ada proyek yang belum jalan padahal dananya udah cair, mutu bangunannya buruk, dan pekerjanya semua bukan warga setempat.”

Din Bacut menimpali dengan nada sarkas, “Ya jelas, orang dikerjain pakai tenaga cinta, bukan tenaga kerja. Beton pun bisa cemburu kalau tahu siapa yang nyiram campurannya.”

Sementara itu di lapangan, aroma intervensi makin pekat. Di SDN 1 Rababasa dan SDN 2 Tanjung Kurung Barat, papan proyeknya bersih dari nama kontraktor.
Hanya tertulis: ‘Proyek Swakelola Aman Bersama’. Orang-orang tahu, itu kode halus untuk proyek yang dikondisikan.

Yambi datang tiap pagi naik motor dinas yang katanya milik sekolah, sambil memegang map lusuh berisi catatan tangan Hesty. Ia memerintah para pekerja seperti raja kecil, dan semua orang tahu siapa ratunya.

“Cinta memang butuh perjuangan, tapi kalau perjuangannya pakai dana APBN, itu namanya pengadaan perasaan tak langsung,” ujar Parno bijak, meski habis itu diserang asap rokok Din Bacut.

Baca Juga:  Ngapung Bareng Walikota

Di warung Dek Yanti, topik Hesty Frestoti tetap jadi menu utama setelah Kopi Slemon. Setiap pengunjung punya teori masing-masing,ada yang bilang Hesty cuma korban politik, ada juga yang bilang ia pemain lama yang akhirnya ketahuan kartu as-nya.

Din Bacut menutup diskusi sore itu dengan kalimat pamungkas:

“Di Badar Lepung, proyek sekolah memang buat membangun ruang belajar. Tapi kalau udah dicampur cinta dan kuasa, yang dibangun justru ruang gosip.

Dan sayangnya, itu bangunan yang paling kokoh di negeri ini.”
Dek Yanti terkekeh, lalu berkata pelan,
“Ya begitulah Bacut, kadang fondasi cinta lebih retak dari tembok sekolah yang mereka bangun.”
Dan di sudut warung, suara radio memutar berita terakhir:

“Hesty Frestoti dan Yambi Mangkujanda belum memberikan klarifikasi resmi.”

Din Bacut tersenyum sinis, “Wajar. Di Badar Lepung, klarifikasi itu seperti beton cor, mengering setelah semuanya keburu tenggelam.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed