oleh

Kipo Makanan Tradisional Khas Kotagede Peninggalan Mataram Kuno dan Mataram Islam

-Daerah-1,046 views

Jogja, Analisis.co.id – Satu lagi kekayaan kuliner yang menjadi ciri khas Yogyakarta, adalah Kipo makanan khas yang berasal dari Kotagede yang merupakan sebuah wilayah di Kota Yogyakarta. Kipo sudah cukup dikenal sebagai makanan khas dengan rasa yang khas pula sebagai kudapan yang selalu memanjakan lidah. Makanan ini biasa berbentuk lonjong berwarna hijau dan legit serta manis.

Menurut tuturan orang-orang tua pembuat kipo di Kotagede disebutkan bahwa pada masa lalu orang sering menanyakan tentang jenis makanan ini dengan bertanya dalam bahasa Jawa,Iki apa? (Ini apa-red). Dari kalimat iki apa inilah kemudian berkembang menjadi akronim kipa. Jadi, mestinya nama kipo itu dituliskan kipa bukan kipo.

Kipo adalah makanan tradisional khas Jogja khususnya Kotagede yang memang sudah mulai langka ditemui. Kue tradisional ini konon telah ada dari masa kerajaan Mataram Kuno dan Mataram Islam. Dahulu kue ini pernah mengalami masa punah yang mana orang sudah tidak membuatnya lagi seiiring dengan kebudayaan kerajaan Mataram yang runtuh.

Awal Mula Penjualan Kipo

Pasar Legi yang merupakan pasar awal mula penjualan Kipo ini telah berubah wajah menjadi pasar Kotagede. Pasar yang masih menjalanan aktivitas jual beli hingga saat ini. Kepunahan Kipo akhirnya berhenti pada tahun 80an karena ada seorang Paijem Djito Suhardjo yang akhirnya mengenalkan kembali makanan ini kepada masyarakat Jogja.

Beliau sang pembuat jajanan ini juga mengikuti lomba panganan tradisional dan mengandalkan Kipo sebagai makanan unik dari tepung beras. Kesederhanaan cara pembuatannya juga teknik memasaknya, makanan ini berhasil mendapatkaan prestasi tersendiri.

Sejak saat itu, Djito telah mengembangkan usaha kue tradisonal satu ini. awal mula disebut Kipo adalah kue yang datang dari masa lalu ini ditanyakan oleh banyak orang dengan “Iki opo”. Pertanyaan yang kerap muncul tersebut akhirnya menjadikan lebel kue unik ini dan bisa diterima oleh masyarakat Jogja.

Baca Juga:  Bupati Melantik Pejabat Sebanyak 107

Adonannya kemudian dicetak pada piring tanah liat lalu dipanggang dengan alas daun pisang. Setelah hampir masak, adonan parutan kelapa dimasukan bersama dengan gula jawa dan dilipat menjadi dua lalu dipanggang lagi hingga matang. (tuti)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar

News Feed