oleh

Catatan Pinggir: Menggali Kuburnya Sendiri (1)

-Opini-279 views

 

Oleh: Rolly Johan, SH

Seorang pria paruh baya yang kesehariannya bekerja sebagai penggali kubur, sedang duduk melamun di teras depan rumahnya. Terlihat dari wajah pria tersebut, sedang memikul beban berat. Meskipun kopi dan kepulan asap rokok keluar dari mulutnya, tak mampu menutupi kekusaman wajahnya.
Pria ini terkejut saat mendengar namanya dipanggil. Saat pandangannya ke arah suara yang menyebut namanya, ia melihat seorang remaja yang tidak lain keponakannya sendiri. Jalan tergopoh, mendekatinya.
“Pak Lek sedang apa, kok seperti orang kebingungan. Emang ada apa to. Siapa tahu saya bisa bantu tenaga?” celetuk remaja yang diketahui bernama Paimun.
“Ndak ada apa- apa kok le, cuma kecapean aja pak Lek ini. Banyak sekali kerjaan dalam tahun ini, semua harus pak Lek sendiri yang kerjakannya,” jawab Pak Lek pada Paimun.
“Loh, justru banyak kerjaan banyak hasilnya dong pak Lek. Kok malah seperti orang bingung, gimana sih pak Lek ini,” timpal Paimun.
“Beneran kok ini le. Dalam bulan ini saja banyak kuburan yang pak Lek gali. Tapi, bukan itu yang jadi pikirkan. Hutang pak Lek banyak bener le, bingung buat membayarnya. Semua teman sudah pak Lek datangi, semua bilang ndak bisa bantu. Pak Lek stres le,” tuturnya.
“Sabar dan terus berdoa aja, semoga pak Lek dapat jalan keluarnya,” ujar remaja itu sembari berpamitan, meneruskan perjalanannya.
Sepeninggal Paimun, pria ini kembali melamun. Tidak lama berselang, ia masuk ke rumah dan keluar kembali dengan membawa peralatan untuk menggali kubur.
Para tetangganya heran melihat pria itu membawa peralatan, sebab di hari itu tidak ada satu pun penduduk yang meninggal.
“Pak, emang siapa yang meninggal, kok mau menggali kuburan?” tanya salah satu tetangganya.
Pria ini tidak menjawab. Kakinya terus melangkah, meninggalkan para tetangganya yang penuh tanda tanya.
Setiba di area pemakaman, pria ini melihat sekeliling dan langsung menggali tanah seperti layaknya sedang mengerjakan pesanan dari ahli musibah. Setelah makam selesai, ia duduk digundukan tanah galian, sembari meneguk air sekaligus menghidupkan sebatang rokok. Sesekali melihat liang lahat yang baru saja ia kerjakan. (Bersambung) *penulis : jurnalis senior di Lampura.

Baca Juga:  Restorative Justice melalui Hukum Pidana Adat Lampung

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed