Tadi malam, Ketua Krontjong Toegoe, Andre Juan Michiels mampir di Bandarlampung. Andre dalam perjalanan ke Sawahlunto. Berangkat dari Kampung Tugu, Jakarta, tujuannya muhibah.
Buat seorang Andre, Keroncong bukan sekadar musik. Keroncong itu legacy-nya. Silsilah hingga belasan generasi masih lurus bisa ditelisik, sehingga sejarah musik asli Indonesia ini terang dan jelas.
“Rumah tua di Kampung Tugu, kita jadikan museum hidup soal keroncong,” kisah Andre. Itulah kenapa Andre kerap keliling ibarat menyirami bunga sehingga keroncong sepanjang zaman tetap mekar berseri-seri.
Ketika aku dikabari Andre akan mampir, tentu saja langsung kusampaikan ke komunitas dan pecinta-pecinta keroncong di sekitar rumah.
Meluncur komunitas Keroncong 5G, Rendra Maramis, Ateng, Papa Cello Gun, Endro Kopi Godhok, Iman Qiting, Dedi, Heriansyah Kresna dkk.
Tak terlalu diskenario, Mas Wowok Lembah Durian, Mbak Iwoek Diah, Mas Didik, Mas Gino Vanollie, Bang Eko Kuswanto, Goceng Reggaemampus, Mas Arif Darmawan, Bli Gede, Coach Dino Safrianto dll muncul di Lamban.
***
Om Andre ketika pagi usai sarapan dengan sangat rendah hati berterima kasih. Dia bilang, “Wah, tadi malam ramai sekali.”
Bukan! Bukan karena lain hal sama sekali. Semua karena komunitas pecinta keroncong itu guyub sekali. Salah satu perekat utamanya adalah Keroncong Tugu, Andre Juan Michiels.
Tadi malam itu salah satu gambaran bagaiman seorang Andre adalah pemucuk dalam semesta keroncong Indonesia dengan kekayaan sejarah dan guyub komunitasnya. Bravo tjroeng! (*)
Komentar