Gonjang-ganjing suap Caleg Aswin Nasitipon dari partai Banteng Berjuang ke Komisioner Komite Pemilihan Umum (Kopilu) Kota Bandar Ngapung Dery Atmojo menjadi atensi publik Kota Bandar Ngapung.
Uang ratusan juta yang disetorkan oleh Aswin kepada Dery justru menjadi Bom waktu dan mengungkap jika suap antara caleg dan penyelenggara memang sudah terjadi sejak lama dan terstruktur, sistematis serta massif.Beberapa caleg bahkan mengatakan modus itu sebagai pola lama yang biasa terjadi
Penelusuran Din Bacut di sejumlah Caleg, bukan hanya Aswin Nasitipon Politisi Banteng Berjuang yang menggunakan pola lama dengan menyuap penyelenggara untuk mendapatkan suara agar duduk menjadi anggota dewan.
“Mereka berdua itu pemain lama yang ada di Kopilu Kota Bandar Ngapung, memang setiap pemilu mereka menjual suara kepada Caleg yang memerlukan suara agar duduk menjadi anggota dewan,”tutur Din Bacut di Kedai Dek Yanti.
“Jadi selain Caleg dari partai banteng berjuang, siapa aja Din yang menyuap para komisoner itu,”tanya Dek Yanti.
“Selain dari Aswin Nasitipon, ada beberapa Caleg yang juga menyerahkan uang kepada Dery Atmojo dan Ketua Kopilu Bandar Ngapung Budy Riadi.
Dery sudah kena batunya pas pemilihan kali ini, Sebenarnya Ketua Kopilu Budy Riady juga menerima uang dari Caleg Bongky yang berasal dari Partainya pengusaha media ternama Pak Heri Tamu yakni Partai Porindo,”
“Tapi Din Ketua kopilu justru saat dikonfrimasi media mengatakan hal itu tidak ada sangkut paut dengan komisioner lain, Apa Budy Riady berbohong Din,”cecar Acong Pitak.
“Nah soal berbohong atau tidaknya saya kurang paham, tapi dari informasi yang saya dapatkan, Budy Riady juga menerima uang dari Bongky partai Porindo,”jawab Din Bacut.
Selain Bongky dan Aswin Nasitipon sambung Din Bacut, ada juga Caleg Pusat dan Provinsi Lontong yang diketahui kakak beradik berasal dari Partai Bongkar Beringin.
“Mereka berdua ini mantan pejabat, kalau Miko Monaza mantan Bupati di Kabupaten Lontong Selatan nah adiknya Miko ini namanya Aditya Barapati yang menjadi caleg provinsi pernah menjabat sebagai wakil bupati di Kabupaten Miringsewu.
Mereka berdua dikabarkan juga memberikan uang kepada Dery Atmojo agar mendapat suara yang signifikan untuk duduk menjadi anggota dewan.
“Kalau begitu apa semua caleg itu melakukan praktik suap yang sama kepada para penyelenggara. Kalau seperti itu wah lebaran dong, patut disebut pesta, ternyata pestanya para penyelenggara,”kata Amir Pekok.
“Modusnya bukan hanya suap ke penyelenggara, caleg juga tabur uang ke warga dan nilainya bervariasi. Suara rakyat mereka beli nah setelah jadi boro-boro memikirkan rakyat yang ada memperkaya diri sendiri juga jadi broker proyek,”imbuh Robi Drum.
Dari awal menjadi penyelenggara saja sudah melalui jalur titipan sambung Robi Drum.Jadi wajar jika perilaku koruptif sangat melekat di pihak penyelenggara karena proses mereka menjadi komisioner sudah tidak jujur,”kata Robi Drum.
Komentar