oleh

Ananda Sukarlan Gandeng Elizabeth Michelle Juri Kompetisi Piano Nusantara Plus di Lampung

Ananda Sukarlan akan menggandeng Elizabeth Michelle Heryawan menjadi juri Kompetisi Piano Nusantara Plus (KPN +) yang digelar di Swiss Belhotel Jl H.R. Rasuma Said, Bandar Lampung, 19 Oktober 2025.

 

Ananda Sukarlan bertindak sebagai ketua juri di semua kota, sementara di Lampung ia mengundang Elizabeth Michelle Heryawan untuk mendampinginya.

 

Menurut Ananda, Elizabeth adalah pianis berusia 20-an telah memukau para pecinta musik klasik Jakarta. Ia tampil anggun, memikat dengan musikalitas dan virtuositas yang tinggi.

 

“Dia tampil solo, duet dan trio selama sekitar 1,5 jam tanpa istirahat di Balai Resital Erlangga, Jakarta Selatan 20 April lalu,* jelas Ananda.

 

Dikatakan Ananda Sukarlan, permainan solo Elizabeth yang spektakuler menampilkan antara lain Rapsodia Nusantara no. 8 karya Ananda Sukarlan yang membutuhkan teknik dan kemampuan artistik sangat tinggi.

Rapsodia ini jugalah yang akan menjadi “senjata”nya di Italia 23-25 Mei nanti, dimana ia terpilih menjadi perwakilan Indonesia untuk tampil di festival Piano City Milano 2025 yang prestisius.

 

Di konser di Balai Erlangga itu Michelle juga tampil duet, menggandeng pemain biola Glen Afif Ramadan dan kemudian pemain cello Muhammad Fariz Triandy. Kemudian mereka bertiga bergabung memainkan Trio “A Love Song”, sebuah karya Ananda Sukarlan yang diminta oleh Presiden B.J. Habibie tahun 2015 untuk mengenang istrinya Hasri Ainun Besari, dan menutup dengan Piano Trio no. 4 “Dumky” dari komponis Czechia Antonin Dvorak.

 

Elizabeth Michelle Heryawan lahir di Surabaya, kuliah hingga meraih Master of Music di Sydney, dan sekarang menetap di Jakarta. Tapi ternyata bukan hanya publik Jakarta yang bisa menemuinya. Ia akan mengunjungi Bandar Lampung — dan tidak sendirian, tapi bersama sang maestro Ananda Sukarlan, untuk menemui para musisi klasik muda Lampung.

Baca Juga:  Dampak Corona, 38 Perusahaan di Bandar Lampung Rumahkan 1542 Pekerja

 

Ananda dan Elizabeth akan menjadi juri di Kompetisi Piano Nusantara Plus, yang kini adalah kompetisi musik klasik terbesar di Indonesia. Tahun lalu, kompetisi ini diikuti oleh 477 peserta di 8 kota yang telah memecahkan rekor jumlah peserta kompetisi musik klasik di Indonesia, dan tahun 2025 ini Lampung ikut bergabung.

 

Menyinggung yambahan “Plus” sejak 2024 kemarin, ungkap Ananda, menandakan bahwa kompetisi ini bukan hanya piano, tapi juga untuk semua instrumen lainnya serta vokal klasik (kategori Tembang Puitik).

 

Tahun lalu Ananda di sebuah media “menantang” Lampung untuk bergabung, mengingat sudah mulai banyaknya sekolah musik yang memberi pendidikan musik klasik sebagai dasar teknik bermain instrumen.

 

Ternyata “tantangan” tersebut disambut oleh Amadeus Piano Course di Lampung pimpinan Lily Thung. Dengan adanya mitra lokal ini Lampung resmi bergabung dengan KPN+.

 

Bandar Lampung menjadi mitra dengan 10 kota lain penyelenggara KPN+ : Padang 2-3 Agustus (sebagai bagian dari perayaan Ulang Tahun kota Padang ke-356), Medan 30-31 Agustus, Bandung 7 September, Bekasi 27-28 Sept, Tangerang 5 Oktober, Pontianak 24 Oktober, Palembang 1 November, Surabaya 23 Nov, Jogjakarta 29 Nov dan terakhir Jakarta 7 Desember.

 

“Para pemenang dari setiap kota itu berhak masuk grand final di Jakarta yang akan diadakan tanggal 13 & 14 Desember 2025,* katanya.

 

Ananda memang mengundang para musikus muda terbaik Indonesia untuk mendampinginya menjadi juri di KPN+ di berbagai region. Selain Michelle ada Gwynn Elizabeth Sutanto (lulusan Royal Conservatoire of Scotland), Vanessa Tunggal (lulusan Melbourne Conservatorium of Music) , Sheila Victoria Pietono (Master of Music dari University of Michigan dan juga pernah menjadi finalis Ananda Sukarlan Award sebelum memulai kuliah), Dr. Kevin Rahardjo (PhD musik dari University of Miami setelah Bachelor dan Master of Music dari Portland State University) dan masih banyak lagi.

Baca Juga:  Pasangan Herman-Dolof Telah Siapkan Perumahan untuk Wartawan

 

Sebagai penyandang Sindrom Asperger sejak lahir, Ananda Sukarlan selalu menekankan inklusivitas. Di Kompetisi Piano Nusantara Plus pun ia membuka kategori untuk para musikus berkebutuhan khusus. Selain itu, ia mengajak para peserta untuk menonjolkan kearifan lokal dari tiap provinsi. Para pianis bisa memainkan karya piano berdasarkan lagu daerah asalnya, dan untuk para vokalis klasik, mereka dapat menyanyikan Tembang Puitik dari puisi penyair daerah asalnya. Dari Lampung misalnya, Ananda Sukarlan telah menggubah tembang puitik dari puisi Isbedy Stiawan ZS, sastrawan terkemuka kelahiran Tanjungkarang tahun 1958 dan telah menuliskan lebih dari 1000 puisi yang telah dibawanya ke berbagai forum dan festival di berbagai negara.

 

Pendaftaran dapat dilakukan melalui inbox Instagram @pianonusantaraplus (nasional) atau @amadeuspianocourse (region Lampung).

 

“Banyak institusi di berbagai propinsi menawarkan menjadi mitra penyelenggara KPN+ . Juga banyak pianis muda yang baru lulus kuliah menawarkan menjadi juri. Kami sangat berterimakasih atas segala antusiasme untuk bekerjasama dengan kami, ini semua kami tampung dan diskusikan, kalau tidak untuk tahun ini, ya tahun depan,” kata Ananda lagi.

 

Pengaruh Ananda memang tak terbantahkan. Dia membawa musik klasik Indonesia ke dunia sekaligus mencetak generasi penerus yang kompetitif lewat pendekatan unik: membangun ekosistem musik klasik yang berkelanjutan melalui pendidikan dan eksposur bagi generasi muda.

 

Sementara Elizabeth Michelle Heryawan menempuh pendidikan Master of Music (S2) dalam bidang classical piano performance di Australian Institute of Music di bawah bimbingan Dr. Wojciech Wisniewski. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia kembali ke Indonesia dan kini menetap di Jakarta.

 

Elizabeth mendirikan Elize Piano Studio, sebuah pusat pembelajaran musik berbasis daring (online) dengan siswa dari berbagai negara. Elizabeth memiliki ketertarikan dalam mendukung praktik pengajaran dan pembelajaran musik secara daring yang efektif serta mengembangkan pendekatan pedagogi musik daring melalui penerapan teknologi pendidikan dalam pembelajaran musik.

Baca Juga:  Pemilihan Ketua IJP Lampung Kembali Akan Digelar, Pembina Siapkan Agenda Rapat

 

Elizabeth adalah pianis pendamping oficial untuk pemain alat gesek dan juga vokalis (tembang puitik) di babak final Ananda Sukarlan Award 2025 yang akan berlangsung 12 & 13 Juli nanti di Jakarta.

 

Ananda Sukarlan adalah seniman Indonesia pertama yang diundang Portugal tepat setelah hubungan diplomatik Indonesia dan Portugal pada tahun 2000. Ia juga telah dianugerahi banyak pengakuan swasta seperti Prix Nadia Boulanger dari Orleans, Perancis.

Ananda Sukarlan adalah salah satu dari 32 tokoh dalam buku “Heroes Amongst Us (Pahlawan di Antara Kita)”, yang ditulis oleh Dr. Amit Nagpal yang diterbitkan di India. Ananda juga masuk sebagai salah satu dari 100 “Asia’s Most Influential” atau “Orang Asia Paling Berpengaruh” di dunia seni tahun 2020 oleh Majalah Tatler Asia.

Ananda Sukarlan lulus dari SMA Kolese Kanisius di Jakarta pada tahun 1986 dan kemudian melanjutkan studi di Koninklijk Conservatorium (Royal Conservatory of Music) di Den Haag, Belanda, di mana ia kemudian lulus dengan predikat Summa CumLaude.

 

Karya terbarunya akan diluncurkan bulan Mei ini oleh Warner Classics yaitu “The Springs of Vincent”, berdasarkan empat lukisan tentang musim semi Vincent Van Gogh, yang dibawakan oleh pemain flute Eduard Sanchez dan pianis Enrique Bagaria.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed