oleh

Bhayangkara Presisi Lampung FC, Kick-off Masa Depan Sepak Bola Lampung

-Opini-81 views

Oleh : Abung Mamasa

Pemimpin Redaksi Harian Kandidat

Suatu hari, sejarah olahraga Lampung akan ditulis ulang. Dan salah satu bab pentingnya dimulai saat Bhayangkara FC resmi memindahkan home basenya ke Provinsi Lampung, tepatnya di Kota Tapis Berseri, Bandar Lampung.

Sebuah keputusan yang mungkin bagi sebagian orang hanya soal sepak bola, namun bagi mereka yang memahami denyut pembangunan daerah, ini adalah langkah strategis yang akan mengubah banyak hal yaitu dari wajah ekonomi, semangat generasi muda, hingga identitas kolektif masyarakat.

22 April 2025 lalu, klub yang sebelumnya berbasis di Jakarta dan berkandang nomaden ini, memutuskan untuk berlabuh di Stadion Sumpah Pemuda, Bandar Lampung, dan berganti nama menjadi Bhayangkara Presisi Lampung FC.

Klub ini akan berlaga di kompetisi tertinggi Liga 1 Indonesia musim 2025/2026, dan akan menjadi satu-satunya klub dari Sumatera yang bermain di kasta tertinggi, sebuah kebanggaan yang sudah lama dirindukan oleh warga Lampung.
Bagi Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, kepindahan ini bukan semata-mata soal olahraga.

Ia menyebut ini sebagai “langkah strategis yang membuka peluang besar bagi Lampung di berbagai sektor.”

Pemerintah Provinsi menyambut dengan tangan terbuka, bahkan siap melakukan perbaikan dan renovasi besar terhadap Stadion Sumpah Pemuda agar sesuai standar AFC dan Liga 1.

Gubernur menyatakan secara langsung, “Kami senang dan bangga Bhayangkara FC berkandang di Lampung. Ini kesempatan besar bagi anak muda kita untuk tumbuh di daerah sendiri, tanpa harus ke luar provinsi.”

Dukungan tak hanya retoris. Pemprov Lampung menggandeng Asprov PSSI, KONI, dan pelaku usaha untuk memastikan bahwa kehadiran klub ini tidak hanya ‘numpang lewat’, tapi menjadi rumah yang permanen, berkembang, dan menyatu dengan masyarakat.

Baca Juga:  SIAPA YANG MENDALILKAN, DIA HARUS MEMBUKTIKAN

Dampak Multiplier
Kepindahan Bhayangkara FC ke Lampung membawa efek domino yang luas, yang dalam teori pembangunan ekonomi disebut sebagai multiplier effect. Dampaknya bukan hanya pada sepak bola, tapi juga sektor-sektor lain yang menyertainya.

1. Pusat Pertumbuhan Ekonomi Mikro
Setiap pertandingan kandang di Stadion Sumpah Pemuda bisa menarik ribuan penonton.

Ini artinya ada arus manusia dan uang yang mengalir ke area sekitar stadion. Penjual makanan, tukang parkir, jasa ojek online, pedagang asongan, hingga pelaku UMKM di sektor kuliner, semua akan mendapat limpahan rejeki dari aktivitas klub.

Bila satu laga kandang menghadirkan 10.000 penonton, dan setiap orang membelanjakan minimal Rp50.000, maka perputaran uang di sekitar stadion dalam satu pertandingan bisa mencapai Rp500 juta.

Dalam satu musim yang terdiri dari 17 laga kandang, itu berarti hampir Rp8,5 miliar hanya dari ekonomi informal ,belum termasuk sektor formal seperti perhotelan dan transportasi.

2. Industri Kreatif dan UMKM Tumbuh
Klub profesional membutuhkan banyak dukungan pastinya dari desain jersey, konten digital, produksi merchandise, hingga katering harian.

Ini membuka peluang besar bagi pelaku industri kreatif dan UMKM di Lampung. Klub yang cerdas akan menggandeng vendor lokal sebagai bagian dari ekosistemnya, dan inilah kesempatan emas bagi anak-anak muda kreatif Lampung untuk naik kelas lewat kolaborasi.

3. Membangun SDM dan Profesionalisme Baru

Sepak bola profesional adalah industri dengan standar tinggi. Kehadiran Bhayangkara FC akan mendorong munculnya lapangan kerja baru,pelatih, fisioterapis, analis data pertandingan, media officer, hingga pengelola sosial media.

Profesi-profesi ini selama ini belum berkembang di Lampung, tapi dengan kehadiran klub profesional, semua akan menjadi nyata.

Akademi sepak bola yang dibangun klub juga akan mencetak pemain, pelatih, dan ofisial dari kalangan lokal.

Baca Juga:  LANGKAH KONSOLIDASI DEMOKRASI TELAH DIMULAI

Dalam lima tahun ke depan, bisa jadi separuh tim diisi oleh pemain asal Lampung. Ini bukan mimpi kosong, tapi arah pembinaan yang sangat mungkin dicapai.

4. Modernisasi Infrastruktur Perkotaan
Kehadiran klub ini akan mendorong pemerintah untuk memperbaiki banyak hal: dari jalan akses ke stadion, penerangan umum, sistem keamanan kawasan, hingga fasilitas publik lainnya.

Stadion Sumpah Pemuda yang selama ini hanya sesekali dipakai, akan menjadi pusat kegiatan yang hidup.

Pemkot Bandar Lampung punya insentif untuk menjadikan area stadion sebagai zona pertumbuhan baru: pusat olahraga, hiburan, dan ekonomi kreatif.

5. Pembentukan Identitas dan Kebanggaan Kolektif
Sepak bola adalah alat paling efektif dalam membentuk identitas kolektif. Masyarakat Lampung kini punya tim yang bisa dibanggakan di pentas nasional.

Ini akan mendorong lahirnya komunitas suporter seperti Elbhara Lampung dan Sikambara serta kelompok diskusi sepak bola, media alternatif, dan semangat kebersamaan yang kuat.

Tak hanya itu, anak-anak di sekolah dasar kini bisa bermimpi menjadi pemain Bhayangkara FC tanpa harus pergi ke Jakarta.

Semangat itu akan memupuk rasa percaya diri, kebanggaan, dan keterikatan terhadap daerah. Inilah modal sosial yang tak ternilai harganya.

Lampung di Panggung Nasional
Setiap pertandingan akan diliput media nasional, disiarkan langsung, dibahas oleh analis dan jurnalis olahraga.

Nama Lampung akan disebut berulang-ulang. Bukan hanya karena gajah Way Kambas atau kopi Liwa, tapi karena klub sepak bola yang bermain di kasta tertinggi Indonesia.

Ini adalah bentuk promosi daerah yang sangat efektif. Pemerintah dan pelaku pariwisata bisa mengintegrasikan promosi wisata dengan aktivitas klub.

Misalnya, tiket pertandingan bisa dikemas bersama paket wisata. Pemain bisa menjadi duta pariwisata. Stadion bisa menjadi ikon baru kota.

Baca Juga:  KONI Lampung, PON XX Papua dan Dugaan Korupsi Yang Prematur

Namun tentu, peluang ini datang bersama tantangan. Pemerintah harus konsisten membenahi fasilitas.

Klub harus membuktikan keseriusannya untuk benar-benar menjadi bagian dari Lampung, bukan sekadar singgah.

Masyarakat juga harus mau menyambut, mendukung, dan merasa memiliki.
Kesuksesan Bhayangkara FC di Lampung bukan soal menang atau kalah di lapangan, tapi soal seberapa besar daerah ini mampu menjadikan sepak bola sebagai medium perubahan sosial, ekonomi, dan budaya.

Kepindahan Bhayangkara FC ke Lampung adalah tonggak awal. Ia adalah lari jarak jauh, bukan sprint. Ia membutuhkan visi, kerja sama, dan keberanian.

Jika momentum ini dirawat dengan baik, maka dalam beberapa tahun ke depan, kita tak hanya akan melihat Bhayangkara FC juara Liga 1 , tetapi juga melihat Lampung sebagai provinsi percontohan dalam pengembangan olahraga berbasis daerah.
Karena dari Stadion Sumpah Pemuda, bukan hanya pemain yang berlari, tapi juga harapan.

Dan di setiap sorakan dari tribun, ada optimisme bahwa Lampung bisa dan sedang menuju panggung yang lebih besar. Bukan sekadar rumah bagi klub, tapi rumah bagi masa depan.

Wallahualam Bissawab, Tabikpun

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed