oleh

Semua Karena Cinta

-Opini-472 views

Di tengah gemuruh kekuasaan, seorang kepala daerah sering dikelilingi oleh lingkaran yang tampak setia,relawan yang dahulu berjibaku memenangkan suara,
tim sukses yang merancang strategi di balik layar, hingga kerabat dekat yang merasa memiliki andil dalam setiap langkah politik.

Namun sayangnya, tidak sedikit dari mereka yang justru menjadi bisikan sesat yang membelokkan arah kebijakan.

Kritik yang jujur dari seorang teman sejati kerap kali dianggap sebagai ancaman atau bahkan bentuk pengkhianatan.
Padahal, justru dari sanalah seorang pemimpin bisa melihat cermin yang sebenarnya.

Teman yang peduli tidak akan membiarkan seorang kepala daerah tergelincir dalam kubangan kekuasaan yang penuh jebakan. Mereka berani mengingatkan, bukan karena benci, tetapi karena cinta.

Relawan dan tim pemenangan memang punya jasa besar. Namun, ketika jabatan sudah dipegang, arah pemerintahan tidak boleh dibiarkan hanya ditentukan oleh loyalitas sempit.

Setiap kebijakan yang lahir seharusnya berdasarkan akal sehat, profesionalisme, dan kepatuhan terhadap aturan, bukan atas dasar balas jasa, hutang budi, atau bisikan-bisikan manipulatif dari orang dekat.

Sanjungan yang datang dari lingkaran dalam kadang penuh racun. Di balik pujian, terselip harapan akan proyek, jabatan, atau kekuasaan tambahan.

Bila kepala daerah terlalu terlena oleh ini, maka bukan hanya ia yang celaka, tapi masyarakat yang harus menanggung akibatnya.

Dari program yang tak tepat sasaran, penempatan pejabat yang tak kompeten, hingga potensi pelanggaran hukum yang menyeret nama baik dan kepercayaan publik.

Dalam konteks ini, kritik bukanlah bentuk perlawanan. Sebaliknya, ia adalah bentuk pengawasan moral.

Ia mengingatkan bahwa kekuasaan bukan alat untuk membalas jasa, tapi amanah untuk mengabdi.

Teman yang baik justru akan menjadi rem ketika kecepatan ambisi mulai tak terkendali.

Baca Juga:  Kucing Dalam Karung

Maka, jangan takut pada kritik yang tulus. Tak usah curiga pada teman yang berani bicara apa adanya.

Karena saat semua diam demi menjaga posisi, hanya suara jujur yang bisa menjadi penuntun agar tidak tergelincir.

Semua ini karena cinta, bukan untuk menjatuhkan, tapi agar kepemimpinan tetap berada di rel kebenaran.

Kepala daerah yang terlalu percaya pada relawan dan orang-orang dekat seringkali masuk ke dalam lorong gelap kekuasaan yang memabukkan.

Mereka tidak sadar bahwa jabatan adalah titipan rakyat, bukan milik tim sukses.

Ketika relawan mulai ikut campur dalam urusan birokrasi, menentukan siapa yang layak menjadi kepala dinas atau direktur BUMD, maka saat itulah meritokrasi diludahi.

Aparatur yang kompeten disingkirkan hanya karena tak punya koneksi ke orang dalam.

Inilah bentuk rudapaksa kebijakan yang sering terjadi, relawan mendikte, kepala daerah mengangguk.

Seolah semua bisa ditukar dengan loyalitas dan kenangan masa kampanye. Padahal, publik menuntut hasil, bukan nostalgia.

Dalam ruang-ruang pemerintahan, birokrasi tidak bisa dijalankan dengan rasa sungkan atau hutang budi.

Ketika relawan, kerabat, dan tim sukses ikut menentukan arah pemerintahan, maka batas antara publik dan privat mulai kabur.

Di situlah potensi pelanggaran hukum mengintai,pengangkatan pejabat tanpa seleksi yang objektif, pembagian proyek secara sepihak, hingga kebijakan yang diskriminatif demi menjaga lingkaran loyalis tetap kenyang.

Justru karena cinta pada pemimpin, teman sejati akan mengingatkan sebelum semuanya terlambat.

Akan lebih baik dimarahi karena mengkritik hari ini, daripada menyesal melihat kepala daerah yang kita hormati dipermalukan hukum dan sejarah.
Karena cinta bukan soal menyenangkan telinga.

Cinta adalah keberanian untuk mengatakan yang benar meski tidak enak didengar.

Maka, jika ada teman yang mengkritik, jangan buru-buru dijauhkan. Mungkin, di tengah riuh sanjungan penuh pamrih, hanya dialah satu-satunya suara jujur yang tersisa.

Baca Juga:  Oleh-Oleh HPN Medan, Kisah Dramatis Bapak Jurnalisku Bambang Eka Wijaya

Semua karena cinta. Bukan untuk melawan, tetapi menjaga agar kepemimpinan tetap waras, adil, dan berpihak pada rakyat.

Wallahualam Bissawab, Tabik pun
Oleh: Abung Mamasa
Pemimpin Redaksi Harian Kandidat

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed