oleh

Yusriwan Pelor, Legislator Tukang Molor

-Din Bacut-155 views

Sore itu, kedai Kopi Slemon milik Dek Yanti di pelataran parkir kantor gubernur lagi riuh. Dari kejauhan, Gedung DPRD Provinsi Linglung terlihat gagah, mirip album foto prewedding pejabat.

Dek Yanti yang baru menaruh sepanci kopi Slemon, nyletuk,
“Din, itu beneran sidang paripurna? Kok aku liat di TV malah kayak lomba tidur siang nasional.”

Wili Kamput langsung nyamber, “Bener, Dek Yanti! Tadi aku lewat, kursi-kursi kosong berjejer rapi, kayak pameran showroom mebel. Yang ada pun sibuk scroll HP. Ada Yusriwan Pelor tuh, anggota Partai Asal Nyalon Tapi Bloon (PANLON) tidur mangap sampe kaya ikan gurame di empang.”

Susi Nonggeng ikutan nyorot, “Lah, itu sidang penting loh. Ngebahas APBD perubahan 2025. Bayangin, duit rakyat dibahas sambil megang bantal kursi sama nyari sinyal Wi-Fi gratis. Ini dewan atau kafe ,?

Din Bacut menghirup kopi, lalu ketawa miring.
“saya rasa itu gedung udah ganti fungsi, Sus. Paripurna sekarang tuh konsepnya hybrid, setengah warnet gratis, setengah hotel kapsul. Ada yang tidur, ada yang main game, ada yang nonton drakor. Tinggal tunggu aja ada yang buka layanan pijat refleksi di pojokan.”

Dari ujung meja, pengamat politik lokal, Roki Gerunggerung, yang terkenal kalau ngomong kayak lagi lomba cerdas cermat, langsung buka analisa,

“Tidur di sidang itu bukan sekadar masalah etika, ini penghinaan terang-terangan terhadap mandat rakyat. Gaji mereka itu dibayar dari keringat petani singkong yang panennya dipotong tengkulak, dari pedagang kecil yang bayar retribusi, dari buruh yang gajinya belum tentu cukup buat makan tiga kali sehari. Dana publik itu harus dibalas kerja serius, bukan pertunjukan malas.”

Dia nyeruput kopi, lalu lanjut,
“Bermain HP di tengah sidang itu sama aja kayak nutup telinga dari suara rakyat. Rapat paripurna itu ruang mendengar, bukan ruang mengabaikan. Tapi bagi sebagian legislator, notifikasi grup keluarga atau update media sosial jauh lebih penting daripada nasib daerah.

Baca Juga:  Komisioner Makelar Suara (Bagian II)

Kalau kebiasaan ini dibiarkan, rakyat makin yakin jika mereka cuma rajin memoles citra pas kampanye, lalu memoles layar HP atau bantal kursi setelah terpilih. Marwah sidang hilang, gedung dewan berubah jadi campuran warnet gratis dan hotel kapsul ber-AC.”

Dek Yanti ngakak sambil nyapu,
“Berarti cocok tuh kalau pas masuk gedung dewan, bukan pakai salam hormat… tapi salam login sekaligus Mabar Game online. ”

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed