Sore di Kedai Dek Yanti terasa agak sumpek.Kipas angin gantung berputar malas, seperti ikut menahan napas atas gosip yang baru mendarat. Din Bacut duduk sambil memelototi Kopi Slemon, lalu berkata pelan namun penuh tenaga:
“Kawan-kawan, hari ini aku bawa berita yang lebih ngeri daripada harga beras. Ini bukan sekadar gosip… ini bahan skripsi tentang cinta, kekuasaan, dan cicilan mobil.”
Parno Bojoloro yang sedang merokok batuk kecil. “Jangan bikin aku tegang duluan, Din. Siapa tokohnya?”
Din Bacut menghela napas panjang, lalu memulai:
Di Kota Bandar Ngapung, ada legislator perempuan dari partai Golongan Baru,yakni Partai Golbar. Dia dikenal sebagai tukang rayu kelas wahid, namanya Esty Freshtuti.
Janda, anaknya perempuan semua, bahkan satu anaknya sudah mau menikah. Di baliho, senyumnya seterang lampu jalan baru diresmikan. Di balik layar? Yah… lebih banyak adegan dramanya.
Cerita bermula saat Esty berteman dengan Rombi lewat sebuah organisasi. Rombi ini lelaki beristri yang punya modal semangat dan sedikit keberanian menabrak norma.
Dari sekadar teman, Rombi lalu menjadi tim sukses Esty di Pemilu 2023. Sejak itu, Rombi jarang pulang ke rumah,alasan resminya kampanye keluar kota, alasan aslinya… ya, kampanye hati ke hati.
Puncaknya di bulan November 2023, tanggal 28. Rombi dan Esty pergi umrah bareng. Dan ternyata, bukan hanya ibadah yang mereka jalani. Di Tanah Suci itu, mereka menikah di bawah tangan tanpa sepengetahuan istri sah.
Semua diatur dengan rapi oleh Bestey Travel,jasa perjalanan yang ternyata juga punya paket “plus akad”.
Sepulangnya, anak dan istri Rombi melihat mereka turun bareng dari eskalator bandara. Bagi sebagian orang, eskalator itu sekadar alat transportasi vertikal. Bagi istri sah, itu adalah layar lebar yang menayangkan pengkhianatan.
Tak berhenti di situ. Esty datang ke rumah istri sah, alasannya mau menjenguk Rombi yang “sakit” dan tak bisa ikut kampanye. Beberapa hari kemudian, Rombi minta izin agar Esty bisa kampanye di rumah istrinya.
Izin diberikan, bukan karena bodoh, tapi karena istri ingin mengamati bahasa tubuh mereka. Dan ternyata bahasa tubuh itu jelas, tak perlu translator, semua sudah terbaca.
Akhirnya, Rombi mengaku. Ia memang sudah menikah dengan Esty. Tapi cerita makin miring, Rombi mengintimidasi istrinya agar menyerahkan mobil Inova kredit kepada Esty. Katanya, Esty yang akan membayar cicilannya.
Itu mirip seperti meminjam sendok orang lain, lalu menyuruh pemilik sendok yang bayar cicilan angsuran di toko perabot.
Tahun-tahun berlalu, karma datang. Rombi terseret kasus korupsi di Kota Jhoembi. Pulangnya pun bukan ke rumah istri dan anak, tapi dijemput Esty secara diam-diam.
Sejak itu ia menghilang, kabarnya disembunyikan Esty. Rombi rela meninggalkan keluarganya, seolah rumah tangga bisa digadaikan demi satu kursi di mobil yang belum lunas cicilannya.
Din Bacut menutup kisah itu sambil memandangi langit sore di luar warung.
“Kawan-kawan, beginilah kalau cinta dan kuasa masuk ke dalam satu koper. Ujungnya selalu ada tiket pesawat, eskalator bandara, dan cicilan yang entah siapa yang bayar.”
Parno Bojoloro menggaruk kepala. “Din, ini cinta model apa?”
Din Bacut tersenyum tipis. “Ini cinta yang kalau dijual di pasar, timbangannya pasti kurang. Tapi entah kenapa, pembelinya selalu antre.”
Dek Yanti dari balik etalase gorengan ikut nyeletuk, “Kalau dibuat buku, judulnya apa, Din?”
Din Bacut menghisap rokoknya dalam-dalam. “Judulnya? Esty Freshtuti Legislator Pelakor
“Yang aku heran, kalau memang ini sudah santer kenapa Partai Golbar Kota Bandar Ngapung tidak mengambil sikap, Apa iya Ketua Golbar Bang Yohdedi tidak tahu masalah ini,”cetus Dek Yanti.
“Antara dua kemungkinan, sudah tahu tapi tidak enak karena teman sejawat dan yang kedua benar-benar tidak tahu, Sangat disayangkan partai sebesar Golbar memelihara Legislator Pelakor,”kata Parno.
Komentar