Sebagai anak bangsa dalam bingkai Negar Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), setiap warga negara dituntut untuk memiliki jiwa nasionalisme yang kokoh. Nasionalisme adalah sebuah paham atau ideologi yang menempatkan kesetiaan dan pengabdian tertinggi seseorang kepada bangsa dan negara, di atas kepentingan pribadi maupun kelompok.
Jika ditelaah secara mendalam, semua ajaran agama pada dasarnya menekankan pentingnya kesetiaan, pengabdian, serta kewajiban menjaga persatuan dan kedamaian. Artinya, nilai agama dan nasionalisme sesungguhnya berjalan seiring dan tidak dapat dipisahkan.
Dalam sebuah dialog singkat sepulangnya dari ibadah umroh, (Dirintelkam) Polda Lampung, Kombespol Efrizal, menegaskan pentingnya menafsirkan ajaran agama secara benar.
“Jangan sampai kita salah dalam mengartikan ajaran. Pada hakikatnya, agama apapun tidak pernah mengajarkan kebencian atau perpecahan. Justru saat kita benar-benar agamis, rasa nasionalis akan tumbuh secara manis, damai, dan tidak anarkis,” ujar Kombespol Efrizal.
Sementara itu, Sandi Fernanda, perwakilan Generasi Milenial Peduli Akses Lampung (GEMPAL), menilai pernyataan Kombespol Efrizal sangat relevan dengan kondisi bangsa saat ini.
“Generasi muda harus memahami bahwa nasionalisme tanpa agama bisa kehilangan arah, dan agama tanpa nasionalisme bisa kehilangan pijakan. Keduanya harus sejalan agar bangsa ini tetap kuat, damai, dan bermartabat. Kami, generasi milenial, siap menjadi garda terdepan dalam menjaga persatuan dengan berpegang pada nilai agamis yang melahirkan nasionalisme sejati,” tegas Sandi Fernanda.
Rangkaian pesan moral ini menjadi pengingat bahwa agama dan nasionalisme bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan saling melengkapi untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
Ditulis oleh: Sandi Fernanda, Generasi Milenial Peduli Akses Lampung (GEMPAL)
Komentar