Bandit-bandit Kota

Sore itu kantin Dek Yanti bukan sekadar warung kopi. Ia sudah berubah jadi mahkamah rakyat versi sandal jepit, tempat segala kebusukan kota

Sama-sama Dungu

Kantin Dek Yanti pagi itu bukan lagi sekadar warung kopi, tapi sudah menjelma jadi “paripurna tandingan”. Kopi Slemon mengepul, gorengan hangus disajikan,

Rombongan Sirkus

Kopi di cangkir Din Bacut sudah dingin, tapi amarahnya makin panas. Ia menyalakan sebatang rokok murahan, hisapannya kasar seperti orang menarik utang.

Kompak Menjadi Bangsat

Sore itu Kedai Dek Yanti bagai surau politik jalanan. Aroma kopi Slemon dan asap rokok murah membubung, bercampur suara dangdut remix dari

Playing Victim

Pagi itu Kedai Dek Yanti lebih riuh dari biasanya. Selain aroma kopi Slemon yang bikin hidung mendadak nasionalis, ada juga wangi gorengan

Semut dan Belalang

Di Kedai Kopi Slemon milik Dek Yanti, janda gemoy mantan TKW. Suasana pagi itu agak riuh. Din Bacut, filsuf kampung yang kerjaannya

Tidak Ada Lagi Postingan yang Tersedia.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.