oleh

Takkan Lari Gunung Dikejar

-Opini-562 views

Ungkapan ini dulu disampaikan orang tua kita bukan tanpa maksud. Sebuah peringatan lembut bahwa apa yang kita kejar belum tentu akan lari, apalagi hilang.

Bahwa ketergesaan, ketamakan, dan kebiasaan memangkas proses justru sering membuat kita terperosok ke dalam jurang kehinaan.

Tapi, hari ini, nilai-nilai itu sudah tak terdengar. Ia tenggelam oleh sorak sorai orang-orang yang berlomba mengejar jabatan, mengejar kehormatan semu, dan mengejar gunung-gunung kekuasaan tanpa peduli cara yang ditempuh.

Dalam banyak pemerintahan daerah, kita menyaksikan satu pemandangan yang makin lazim, orang-orang berdesakan ingin duduk di kursi empuk kekuasaan.

Yang tak punya prestasi, menawarkan loyalitas. Yang tak punya kemampuan, menawarkan kedekatan.

Ada yang menjual jasa masa lalu karena merasa ikut berjuang saat kampanye. Ada pula yang mendekat kerabat kepala daerah, ke istri pejabat, bahkan kepada anak dari ketua tim sukses. Semua demi satu tujuan yakni jabatan.

Lalu, muncullah mereka yang menjadi pengatur lalu lintas kekuasaan. Di balik layar, muncul para makelar jabatan orang-orang yang menyelinap dari lorong bisik ke lorong gelap, menawarkan paket promosi bagi siapa pun yang siap setor.

Dari kepala bidang, kepala dinas, tenaga ahli bahkan posisi komisaris BUMD, semua bisa dinegosiasikan.

Harga bisa disesuaikan, tergantung seberapa dekat dan seberapa tebal map yang dibawa.

Dan parahnya, semua itu dilakukan dengan wajah-wajah bersih. Dengan mulut yang masih hafal kata amanah dan pengabdian.

Padahal sejatinya, mereka sedang memperdagangkan masa depan birokrasi.

Karena jabatan yang diraih lewat jalan pintas, hampir pasti akan menghasilkan keputusan-keputusan yang juga pendek akal dan penuh kompromi.

Ki Hajar Dewantara pernah mengingatkan, “Pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.”

Baca Juga:  Lampung "Surga" Politik Uang ?

lalu Buya Hamka pun pernah berkata, “Takutlah menjadi pejabat yang banyak bicara, tapi tak sanggup bekerja.”

Namun kini, kita malah melihat pejabat yang tak hanya banyak bicara, tapi juga pandai berakrobat moral demi mempertahankan jabatan yang mereka dapat lewat nepotisme dan lobi-lobi kerabat.

Ironis, karena sejatinya menjadi “orang penting” bukanlah ukuran mulia. KH. Ahmad Dahlan pernah mewanti-wanti, “Jadilah manusia yang hidupnya memberi.”

Tapi di zaman ini, orang malah ingin menjadi penting agar bisa terus menerima honor, proyek, fasilitas, dan kedekatan dengan para pengusaha yang sudah antre dari jauh hari.

Lalu ke mana meritokrasi itu?
Apakah Baperjakat hanya formalitas untuk menyamarkan keputusan yang sebenarnya telah diatur sejak awal oleh orang-orang dekat kekuasaan? Apakah reformasi birokrasi hanya slogan PowerPoint dalam rapat tahunan?

Sunan Kalijaga mengingatkan, “Urip iku mung mampir ngombe.” Hidup ini singkat, dan jabatan tak lebih dari persinggahan.

Tapi nafsu manusia kadang membuat kita buta, kursi jabatan dianggap segalanya, meski harus mencederai nilai, akal sehat, bahkan hukum.

Dan semua ini terjadi karena kita kehilangan satu hal paling penting, ya rasa malu. Malu karena menjilat. Malu karena menggadaikan etika.Malu karena berusaha tampil layak, padahal tahu diri tak pantas.

Sementara rakyat, hanya bisa menonton atau terpaksa meniru. Karena jika sistemnya rusak dari hulu, jangan heran jika hilirnya banjir korupsi, kolusi, dan kemunafikan.

Takkan lari gunung dikejar. Tapi nafsu bisa membuat kita mendaki dengan cara paling licik.

Dan ketika sampai di puncak, tak ada rasa syukur, hanya rasa takut, yakni takut digantikan, takut ketahuan, takut ditinggal relawan.

Lebih baik menjadi orang baik daripada orang penting. Karena penting belum tentu membawa kebaikan. Tapi kebaikan selalu penting di manapun, dalam jabatan apapun.

Baca Juga:  Spekulasi Cerita Fiksi 

Wallahualam Bissawab, Tabikpun

Abung Mamasa

Pemimpin Redaksi Harian Kandidat

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed